Jelly Pendamping Diet Bahan Alami
KESEHATAN PERISTIWA

Jelly Pendamping Diet Bahan Alami

Anda merasa gendut, chubby, gemuk, dan tumbuh ke samping? Kata-kata tersebut seakan sudah sering kita dengar.

Biasanya kaum hawa sangat sensitif jika mendengar kata-kata tersebut. Dari gambaran tersebut tersirat bahwa tubuh ideal merupakan dambaan setiap orang, khususnya kaum perempuan. Tampak cantik, tubuh ideal merupakan harapannya.

Dalam upaya ikut menstimulir menuju tubuh ideal seseorang, inovasi mahasiswa Universitas Airlangga menemukan produk minuman terobosan baru sebagai pendamping diet.

Minuman tersebut dinamai ”Jelly Exterminator Obesity” (JLEB) sebuah minuman yang hadir dengan kemasan unik dan berbahan dasar lidah buaya yang tidak berbahaya bagi tubuh. Minuman pendamping diet ini bebas bahan pengawet dan tanpa menggunakan pemanis buatan.

Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang terlibat dalam kreativitas ini adalah Revien Dwi Nuarinta, Parida Listiana, Rizka Anggraini, Dita Permatasari, dan Rahmandita Putri.

Mereka kemudian menuangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK), dan telah lolos penilaian untuk memperoleh dana pengembangan dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.

Dijelaskan Revien Dwi Nuarinta, proses pembuatan JLEB ini tergolong mudah karena hanya memanfaatkan lidah buaya sebagai bahan utama yang bertekstur kenyal layaknya jelly yang dapat mengenyangkan walau tidak memakan nasi dalam porsi yang banyak.

Rasa manis dalam produk ini didapat dari campuran gula dan madu. Komposisi gula dengan madu ini berfungsi sebagai salah satu cara untuk mendapatkan perpaduan rasa manis yang unik dan dapat mengurangi kadar kalori yang diserap tubuh.

Tim PKM JLEB ini telah memasarkan produknya ke berbagai kawasan di Kota Surabaya. Produk ini berpotensi menghasilkan keuntungan yang menjanjikan.

”Saat ini usaha minuman JLEB sudah mengumpulkan omzet sebesar Rp 1.500.000/bulan. Harapan kami kedepan, produk JLEB ini mampu berkembang dan dapat dipasarkan di berbagai daerah di Indonesia sehingga meluas seperti produk minuman populer lainnya,” ujar Revien, Ketua Tim PKM.

Bahan dasar berupa tanaman lidah buaya mudah didapat dari perkebunan di kawasan Kediri, sehingga untuk keberlanjutan proses produksi JLEB harus “gercep” istilah keren gerak cepat. Karena jika tidak begitu maka lidah buaya akan cepat membusuk. Selain itu, ketika produk ini sudah menjadi minuman dalam cup, maka juga harus segera dipasarkan supaya tidak basi.

Produk minuman JLEB ini tahan selama tiga hari diluar kulkas, dan tahan selama lima hari didalam kulkas. Masa konsumsi yang tergolong cepat ini dikarenakan produk JLEB tidak menggunakan pengawet buatan.

”Semoga adanya minuman ini membuka wawasan kita bahwa diet tidak harus dengan pil, senam ekstra, maupun bersikeras untuk tidak makan. Karena dengan mengonsumsi JLEB ini saja sudah mampu menggantikan kalori secara cukup yang dibutuhkan tubuh seseorang,” kata Revien. (yul)