Di hari terakhir pemberlakuan PPKM tahap 4 di tanah air, penambahan kasus harian Covid-19 berhasil ditekan hingga angka 20 ribuan. Sebuah capaian yang menggembirakan, kendati fatalitas masih bertengger di atas 1.000 kasus per hari.
Tadi malam, tahap keempat Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 dan 4 di sejumlah daerah di Indonesia berakhir sudah. Terhitung sejak awal PPKM darurat diberlakukan, telah 37 hari status kewaspadaan kesehatan terhadap pandemi Covid-19 kian digencarkan di negeri ini.
Patut disyukuri, sejak sepekan terakhir, sejumlah indikator menunjukkan adanya perbaikan situasi terkait dampak Covid-19 di sejumlah daerah, khususnya di Jawa-Bali. Tentunya hal tersebut sangatlah melegakan banyak pihak, bukan hanya pemerintah namun juga masyarakat luas.
Diketahui, sebelumnya, angka penularan harian Covid-19 sempat mengalami lonjakan yang signifikan. Kenaikan tertinggi mencapai lebih dari 56 ribu kasus, pada pertengahan Juli lalu. Dengan angka penularan serupa itu, kondisi Indonesia kontan menjadi perhatian dunia dan lembaga-lembaga kesehatan terkait.
Yang tak kalah memprihatinkan adalah soal kasus fatalitas akibat infeksi SARS COV-2. Terkait itu, Indonesia bahkan pernah tercatat sebagai negara dengan jumlah fatalitas harian tertinggi di dunia, selama sepekan, yakni pada 21–28 Juli 2021.
Diketahui, pada 21 Juli kematian harian di Indonesia melonjak ke angka 1.383 kasus. Itu merupakan kali pertama Indonesia menempati posisi teratas dunia, berdasarkan data Worldometer. Sehari kemudian, Indonesia kembali di posisi wahid dunia dengan kematian harian akibat Covid-19 mencapai 1.449 kasus.
Pada 23 Juli, jumlah kematian akibat Covid-19 di Indonesia masih menempati posisi pertama di dunia dengan 1.566 kasus. Lalu pada 24 Juli, angka kematian harian ini lagi-lagi menjadi yang tertinggi di dunia, sebanyak 1.415 kasus.
Penurunan sedikit terjadi pada 25 Juli 2021. Saat itu, Indonesia mencatatkan angka kematian harian sebanyak 1.266 kasus. Pada 26 Juli, jumlah kematian harian akibat infeksi Covid-19 di negeri ini masih bertengger di posisi puncak dunia, yakni sebanyak 1.487.
Kemudian pada 27 Juli, angka kematian harian di Indonesia bahkan menjadi yang terbanyak sejak pandemi pertama kali melanda negeri pada Maret 2020. Ketika itu, angka fatalitasnya sebanyak 2.069 kasus. Dan pada Rabu, 28 Juli, penambahan angka kematian di RI tetap berada di posisi tertinggi di dunia dengan 1.824 kasus.
Dengan deretan angka fatalitas yang memprihatinkan itu, data Worldometer juga menunjukkan bahwa rata-rata kasus kematian sepekan ini di Indonesia masih menduduki posisi teratas dengan 11.076 kasus. Jumlah itu mengalahkan Brasil dengan 7.582 kasus dan Rusia 5.473 kasus.
Pertambahan angka kematian yang masih tinggi itu, antara lain, menjadi alasan bagi pemerintah untuk memperpanjang PPKM hingga 2 Agustus. Pada Selasa (10/08), angka harian bahkan mencatatkan jumlah tertinggi kedua, sejak Covid-19 berjangkit di Indonesia 2 Maret tahun silam, yakni mencapai 2.048 kasus kematian. Sebelumnya, angka kematian tertinggi harian di tanah air akibat virus corona mutan pernah mencapai 2.069 kasus, pada Selasa (27/07).
Jadi Fokus Utama
Data dari Kementerian Kesehatan sebelumnya juga menunjukkan bahwa tren kematian pada masyarakat kelompok usia produktif mengalami peningkatan. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito menyebut data menunjukkan ada 46,7% kematian berasal dari populasi di atas 60 tahun, sebesar 36,7% dari usia 46–59, dan sebesar 12,7% dari 31–45 tahun.
“Adanya tren kematian dari kelompok usia produktif tersebut tidak terlepas dari adanya peningkatan kasus dari kelompok umur tersebut,” ujar Wiku, saat menjawab pertanyaan media dalam agenda Keterangan Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Kamis (05/08) yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia.
Jika merujuk Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), varian delta yang sudah ditemukan di hampir 132 negara di dunia telah menyebabkan kenaikan kasus sebesar 80% selama empat minggu terakhir. Bagi yang terpapar, harus mendapatkan perawatan intensif agar tidak berujung pada kematian.
“Secara fakta, kematian pasien dapat meningkat peluangnya jika terlambat ditangani atau dirujuk. Serta memiliki riwayat komorbid,” pungkas Wiku.
Pada kesempatan berikutnya, Profesor Wiku menyampaikan bahwa upaya menekan angka kematian memang menjadi fokus utama dalam perpanjangan PPKM kali ini. Dia menjelaskan, ada lima provinsi yang mengalami kenaikan angka kematian tertinggi pada minggu ini.
“Lima provinsi yang menyumbangkan kenaikan kematian mingguan tertinggi adalah Riau, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Bangka Belitung dan Jawa Tengah. Maka dari itu selain berfokus pada kasus aktif, penurunan kematian juga perlu menjadi fokus pertama dalam kepanjangan PPKM ini,” kata dia.
Selama tiga minggu terakhir, menurut Wiku, angka kematian terus mengalami kenaikan. Oleh karena itu, dia meminta agar dilakukan pemantauan lebih intens terhadap fasilitas kesehatan hingga warga yang melakukan isolasi mandiri di rumah.
“Kenaikan kematian selama tiga minggu berturut-turut ini tentunya kehilangan besar bagi bangsa Indonesia. Dalam Juli saja, kita telah kehilangan 24.496 nyawa dengan rata-rata kematian di atas seribu orang. Dimohon kepada seluruh pemerintah untuk bersungguh-sungguh memeriksa upaya terbaiknya untuk menekan angka kematian ini,” sebut Wiku.
Lebih jauh Wiku menyampaikan harapan agar angka kematian akibat Covid-19 bisa ditekan. Sebab kini, sambung dia, bed occupancy ratio (BOR) ruang isolasi dan perawatan pasien Covid-19 secara nasional ada di angka 54,35%. Itu artinya, menurut Wiku, pasien sesungguhnya bisa mendapatkan perawatan maksimal.
“Dengan angka BOR ruang isolasi yang terus menunjukkan penurunan di mana di minggu ini angka BOR nasional sebesar 54,35% maka seharusnya kematian dapat ditekan semaksimal mungkin, karena orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit menunjukkan penurunan. Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat yang melakukan isolasi mandiri di rumah untuk terus dipantau melalui RT/RW yang dikoordinasikan dengan satgas setempat,” katanya, Selasa (10/08).
Dampak Positif PPKM
Pemerintah memang telah memutuskan untuk memperpanjang kembali PPKM hingga 16 Agustus 2021. Pasalnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan selaku Koordinator PPKM Jawa-Bali mengatakan, PPKM memiliki dampak positif dalam menekan angka penularan kasus Covid-19.
Pemberlakuan PPKM selama ini, Luhut menjelaskan, menunjukkan angka kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sudah menurun 59,6 persen dibandingkan pada 15 Juli, pada saat puncak kasus.
“Data yang di Jawa-Bali, penurunan terjadi sudah 59,6 persen dibandingkan puncak kasus pada 15 Juli. Momentum cukup baik ini harus terus dijaga. Untuk itu, PPKM level 2, 3, dan 4 akan diperpanjang sampai 16 Agustus 2021,” ujar Luhut dalam konferensi pers, Senin (09/08).
Lebih dari itu, Luhut mengatakan, ada dua daerah yang masih mendapat perhatian khusus dari pemerintah lantaran angka kasus penularan dan kematian masih tinggi. Di kedua wilayah tersebut, dia menilai, pemerintah perlu melakukan intervensi.
“Masalah itu di Malang Raya dan Bali. Pemerintah segera melakukan intervensi di dua wilayah itu. Tim sedang bergerak ke sana. Saya juga akan pergi ke sana,” ujar Luhut.
Kendati pengendalian atas lonjakan kasus Covid-19 di Jawa-Bali relatif membuah hasil yang menggembirakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih mewanti-wanti soal situasi krusial yang mulai bergeser ke luar Jawa-Bali.
Ada enam provinsi di luar Pulau Jawa, menurut Presiden Jokowi, yang mengalami kenaikan kasus positif Covid-19. Yakni, Kalimantan Timur (Kaltim), Sumatra Utara (Sumut), Papua, Sumatra Barat (Sumbar), Riau, dan NTT.
“Saya melihat ini angka-angka, hati-hati. Ini lima provinsi yang tinggi pada Kamis, 5 Agustus. Yaitu, Kaltim kasus aktif 22.529, Sumut 21.876, Papua 14.989, Sumbar 14.496, Riau 13.958. Hati hati, hari Jumat kemarin, Sumut naik menjadi 22.892, Riau 14.993, Sumbar 14.712 ini juga naik. Sedangkan yang turun saya lihat di dua hari kemarin Kaltim dan Papua, tapi hati-hati ini selalu naik dan turun,” papar Jokowi.
“Dan yang perlu hati-hati NTT, NTT hati-hati, saya lihat dalam seminggu kemarin 1 Agustus masih 886 , 2 Agustus 410 kasus baru, 3 Agustus 608 kasus baru, 4 Agustus 530, tetapi lihat di 6 kemarin 3.598. Angka-angka seperti ini harus direspons secara cepat,” tegas Presiden Jokowi.
Secara nasional, pada hari terakhir PPKM level 3 dan 4 tahap keempat, pemerintah memperbarui data penanganan pandemi virus corona mutan. Yakni, kasus baru Covid -19 bertambah 20.709, pasien sembuh dari corona bertambah 44.959 orang.
Total kasus corona yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga hari ini mencapai 3.686.740 kasus. Untuk pasien sembuh dari Corona mencapai 3.129.661 orang. Sedangkan total pasien Covid-19 yang meninggal dunia berjumlah 108.571 orang.
Daerah yang hari ini melaporkan penambahan kasus baru terbanyak pertama adalah Jawa Tengah dengan 4.210 kasus. Diikuti Jawa Barat dengan 2.422 kasus, dan Jawa TImur 1.965 kasus.
Sementara itu, jumlah pasien sembuh tertinggi pertama adalah Jawa Barat dengan 8.800 orang. Disusul secara berurut-turut, ada Jawa Tengah dengan 6.108 pasien sembuh, dan Jawa Timur dengan 3.477 pasien sembuh. (indonesia.go.id)