Melalui komitmen JATIM SIGATI (Sinergi Gapai Inflasi Terkendali), Pj Sekda Bobby Soemiarsono bertekad mempertahankan angka inflasi di Jatim yang mana pada Juni 2024 secara year-on-year (y-o-y) sebesar 2,21 persen.
Bobby menyampaikan, angka inflasi sudah memasuki sasaran inflasi sesuai Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.010/2021 sebesar (2,5±1) persen pada tahun 2024. Selain itu, capaian inflasi Jawa Timur sebesar 2,21% (Y on Y) lebih rendah dari capaian Inflasi Nasional dan Provinsi lain di Pulau Jawa dan saat ini Jawa Timur masuk dalam 10 Provinsi dengan inflasi terendah.
“Tentunya hal ini patut disyukuri sekaligus dipertahankan melalui penguatan komitmen bersama SIGATI di Jatim,” kata Bobby setelah memimpin rapat high level meeting TPID Provinsi Jatim bersama TPID Kab/Kota se Bakorwil Malang, Rabu, (24/70).
JATIM SIGATI, kata Bobby, disepakati oleh TPID se Jatim pada kegiatan High Level Meeting TPID Provinsi Jawa Timur tanggal 8 Maret 2024. Tujuannya, memperkuat komitmen menjaga tingkat inflasi yang terkendali sesuai dengan rentang sasaran 2,5 + 1 persen melalui Komitmen JATIM SIGATI.
JATIM SIGATI juga diperkuat Surat Edaran Gubernur Jawa Timur, Quick Wins JATIM SIGATI sebagai langkah Kolaborasi Kebijakan 4K Pengendalian Inflasi telah berhasil menjaga stabilitas inflasi di Jawa Timur pada Semester pertama tahun 2024.
“Alhamdulillah, meskipun penguatan komitmen maupun kewaspadaan terus ditingkatkan mengingat sumber utama berasal dari inflasi pangan,” kata Bobby.
Sesuai dengan Komitmen Jatim SIGATI, Bobby mengungkapkan beberapa terobosan yang sudah dilakukan Pemprov Jatim, yakni meningkatkan kesejahteraan produsen, ketahanan pangan dan pengendalian inflasi.
Bobby menyebut, potensi pengembangan korporasi petani dan Pemetaan Kerjasama Intra Provinsi (KIP). Menurutnya, korporasi petani memperkuat kelembagaan petani menjadi Koperasi Produsen Multi Pihak (KMP) sehingga dapat mengolah produk beras mulai dari tanam, petik, olah, kemas, dan jual secara mandiri.
Nantinya, korporasi petani membeli secara tunai gabah yang dihasilkan petani dengan harga pasar agar tidak kalah bersaing dengan Perusahaan besar. “Pembelian secara tunai merupakan bagian terpenting dalam penguatan kelembagaan Korporasi Petani,” ujarnya. (ita)