Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) baru saja mengharumkan nama almamater di kancah internasional. Mereka adalah Anasah Zulfah, Ririn Nur Mahmudah, dan Atsir Alma Dinisa dari Fakultas Keperawatan (FKp); Revita Novianti Putri dan Marcella Aurelia Yatijan dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST); serta Ach. Jazilul Qutbi dan Diaz Samsun Alif dari Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM).
Tim yang bernamakan Smartose itu berhasil meraih gold medal dalam kompetisi International Intellectual Property, Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITEX). Kompetisi tersebut diselenggarakan oleh Indonesia Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) dan National Research and Council of Thailand (NRCT) pada Jumat-Selasa (02-06/02) lalu di Bangkok, Thailand.
Anasah Zulfah selaku ketua tim menerangkan bahwa peserta kompetisi tersebut terdiri dari sivitas akademika mulai dari tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga mahasiswa dari berbagai negara di ASEAN. Kompetisi tersebut mengusung 8 tema inovasi yakni kesehatan, industri, agrikultur, energi dan lingkungan, konstruksi dan bangunan, pendidikan, teknologi informasi, dan manufaktur.
“IPITEX juga turut mengundang kelompok sasaran dalam pengembangan sains dan teknologi seperti para pengusaha, investor, produsen, distributor, dan sektor korporat. Harapannya, kedatangan mereka dapat mendukung proses diseminasi dan komersialisasi dari produk atau temuan yang para inovator muda gagas,” terangnya.
Dalam kompetisi tersebut, Anasah dan tim membawakan inovasi berupa smartwatch pendeteksi diabetes bernama Smartose. Inovasi tersebut merupakan gagasan PKM-KC yang sukses mendapatkan juara presentasi favorit pada gelaran Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) tahun 2023.
“Kami tidak ingin berhenti sampai di sana karena inovasi kami masih bentuk prototipe dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Jadi, kami mengikutsertakan Smartose ke event IPITEX ini dengan harapan mendapatkan investor yang dapat memberikan bantuan finansial untuk perbaikan dan komersialisasi produk,” paparnya.
Smartose merupakan jam tangan pintar atau smartwatch yang dapat mendeteksi diabetes (glukosa darah, HbA1C dan Keton) secara non invasif menggunakan sensor photoplethysmograph (PPG) dan elektrokimia berbasis deep learning. Model deep learning yang mereka gunakan yaitu Artificial Neural Network (ANN) dan hasil pengujian yang memperoleh nilai akurasi mencapai 90%.
Selain itu, Smartose juga terintegrasi dengan mobile aplikasi sehingga memudahkan pengguna memantau hasil pengecekan secara berkala. Smartose dapat menjadi solusi holistik dalam pemantauan diabetes, mengurangi risiko komplikasi ketoasidosis diabetik, dan meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pengguna.
Lebih lanjut, Anasah mengaku bahwa mengikuti kompetisi baik nasional maupun internasional bukanlah hal yang mudah. Ia dan tim harus menghadapi beberapa tantangan mulai dari anggota yang belum saling mengenal, proses bonding tim, sampai perbedaan pendapat. Namun, berkat kerja sama dan koordinasi yang baik, mereka dapat menyelesaikan segala tantangan dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
“Berkat event ini, kami juga bisa mendapat banyak jejaring dari berbagai universitas dari dalam maupun luar negeri. Kami bisa belajar dari inovasi-inovasi keren yang mereka gagas. Itu merupakan pengalaman yang luar biasa,” tukas mahasiswa asal Jember itu. (ita)