Meningkatnya permintaan untuk bangunan modular prefabrikasi telah menyebar hingga ke ranah bangunan di Indonesia.
Menjawab urgensi tersebut, Mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan perencanaan struktur bangunan modular 23 lantai menggunakan Sistem Ganda Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dikombinasikan dengan Baja Struktur Bresing Konsentris Khusus (SRBKK).
Mahasiswa Teknik Infrastruktur Sipil, Nanda Amar Kurniawan memaparkan, sistem konstruksi modular 23 lantai ini melibatkan perakitan komponen-komponen bangunan yang telah diproduksi di pabrik sebelumnya, sehingga mengurangi waktu konstruksi di lapangan.
Hal ini berbeda dengan bangunan konvensional yang mengharuskan untuk dirancang secara langsung. “Dengan ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga meminimalisir limbah bangunan,” ujarnya.
Lebih lanjut, mahasiswa D4 ini mengungkapkan dalam rancangan ini, ia memilih menggunakan SRPMM karena sistem ini memiliki kekuatan dan fleksibilitas yang tinggi.
Kemudian dengan perencanaan yang tepat sistem ini dapat menghasilkan bangunan yang aman dan tahan lama. Selain itu SRPMM telah banyak diaplikasikan pada bangunan bertingkat menengah, seperti gedung perkantoran, apartemen, dan hotel.
Mahasiswa asal Surabaya tersebut menambahkan, dengan mengombinasikan antara SPRMM dengan SRBKK dalam rancangan bangunan dapat memiliki tingkat fleksibilitas dan mampu meredam guncangan gempa dengan baik.
Hal tersebut karena SRBKK memiliki bresing yang terpasang secara diagonal sehingga menyebabkan kekakuan pada struktur. “Walaupun kaku, sistem tersebut memiliki kemampuan perubahan bentuk untuk menyerap energi gempa,” ungkap Amar.
Terkait SRBKK, dalam perencanaan bangunan ini, mahasiswa angkatan 2017 ini menggunakan sistem bresing tipe V-Terbalik, di mana kedua batang diagonal akan sama-sama menahan beban horizontal.
Hal tersebut memungkinkan adanya ruang kosong pada bagian tengah sehingga dapat dijadikan akses mobilitas di dalam ruangan. “Penggunaan bentuk V-Terbalik memungkinkan adanya bukaan pada bagian tengah seperti pintu dan jendela,” tutur
Selain efisiensi, perencanaan struktur ini juga memperhatikan aspek keberlanjutan. Di mana penggunaan baja sebagai material utama memungkinkan bangunan tahan terhadap korosi, suhu ekstrem, dan kondisi lingkungan yang keras, sehingga memiliki umur pakai yang panjang.
Selain itu, proses konstruksi yang minim limbah dan penggunaan energi yang efisien juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Dibimbing oleh Ir Ibnu Pudji Rahardjo MS sebagai dosen pembimbing pertama dan Dr Ir Nur Ahmad Husin, ST MT IPM ASEAN Eng sebagai dosen pembimbing kedua.
Perencanaan struktur gedung modular 23 lantai ini tidak hanya memberikan kontribusi bagi perkembangan industri konstruksi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. “Dengan waktu konstruksi yang lebih singkat, diharapkan dapat mendukung kenyamanan hunian masyarakat,” tutupnya. (ita)