Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memberikan catatan dalam menjawab tantangan industri minyak dan gas (migas) secara global.
Catatan ini penting kiranya diperhatikan oleh seluruh stakeholder agar daya saing industri migas tetap kompetitif.
“Peluang dan tantangan bukan hanya regulasi, tetapi kultur atau kegiatan minyak dan gas bumi juga harus di-adjust, yaitu mengikuti perkembangan yang terjadi,” kata Jonan saat memberikan pandangan pada acara IDX Channel Economic Outlook bertema “Membangun Iklim Investasi di Sektor Migas” yang digelar di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (14/10).
Selain adaptif terhadap perkembangan zaman, tambah Jonan, industri migas selayaknya mengutamakan efisiensi demi keberlangsungan bisnis. Pertimbangan ini diambil Jonan mengingat tingkat harga jual-beli migas yang begitu fluktuatif.
“Jadi yang harus kita pikirkan adalah bagaimana kita membuat produk yang memiliki competitive price. Industri migas haruslah efisien. Harga gas dan minyak dunia tidak bisa ditebak, tetapi kita harus memproduksi produk yang lebih bagus dengan competitive cost,” tuturnya.
Sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional, industri migas diakui tengah menghadapi tantangan berat. Untuk itu, Jonan menekankan manajemen pengelolaan bisnis migas bisa mengimbangi kecepatan teknologi.
Jonan membandingkan sektor ini dengan sektor telekomunikasi yang bisa sangat efisien. Misalnya, perbedaan harga jual telepon genggam dalam 25 tahun lalu dengan saat ini.
“Waktu itu harganya sekitar Rp 20 juta sampai Rp 25 juta. Sekarang ini HP Apple harganya Rp 12 juta,” terangnya.
Jonan mengartikan, harga HP saat ini hanya 5% dari harga mobil Kijang. Lalu, sektor telekomunikasi juga industrinya berkembang pesat. Jangkauannya melebihi distribusi kelistrikan dan BBM yang lebih tua dari negeri ini.
Menurut Jonan, kemajuan dan efisiensi sektor telekomunikasi ini menjadi pemicu bagi tata kelola sektor migas agar tumbuh menjadi sektor yang efisien dan memiliki daya saing. (sak)