Industri Mamin Semakin Nikmat
EKONOMI BISNIS PERISTIWA

Industri Mamin Semakin Nikmat

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor manufaktur yang menjadi prioritas pengembangan untuk segera bertransformasi ke arah digitalisasi.

Pemanfaatan teknologi industri 4.0 di industri mamin ini dalam rangka memacu produktivitas secara lebih efisien dan berkualitas sehingga meningkatkan daya saingnya.

“Industri mamin terbukti menjadi salah satu sektor unggulan karena memiliki kinerja yang gemilang. Pada kuartal II tahun 2021, industri mamin berkontribusi sebesar 38,42% terhadap pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas,” jelas Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika melalui keterangannya yang diterima di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Dalam acara Business Forum Expo 2020 Dubai, Plt. Dirjen Industri Agro menyebutkan bahwa kontribusi industri mamin di kuartal II-2021 tersebut, lebih tinggi dibanding sumbangsihnya pada tahun 2019 yang mecapai 36,40% dan pada 2020 di angka 38,29%.

“Kami sangat mengapresiasi atas capaian dari industri mamin ini karena di tengah hantaman yang cukup berat akibat dampak pandemi,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Kemenperin bertekad untuk menjaga ketersediaan bahan baku bagi industri mamin agar mereka terus berproduksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

“Pemerintah juga telah memberikan sejumlah stimulus atau insentif kepada para pelaku industri agar bisa mempertahankan usahanya dan terus meningkatkan kinerjanya,” lanjut Putu.

Dalam kontribusinya terhadap ekspor industri pengolahan nonmigas, industri mamin mempunyai peranan yang sangat penting. Pada tahun 2020, total nilai ekspor industri mamin sebesar USD31,17 Miliar,lebih tinggi dibanding tahun 2019 yang mencapai USD27,36 Miliar.

Sementara itu, pada periode semester I tahun 2021, nilai ekspor industri mamin telah menembus USD19,59 Miliar.

“Ini membuktikan bahwa produk mamin Indonesia banyak diminati oleh konsumen global. Hal ini tidak terlepas juga dari penggunaan digitalisasi yang akhirnya menghasilkan produk-produk berkualitas, dengan mampu memenuhi standar internasional,” paparnya.

Di samping itu, industri mamin mencatatkan realisasi investasi yang cukup signfikan senilai Rp50,48 triliun pada tahun 2020, dan mencapai lebih dari Rp14 triliun pada kuartal II-2021.

Investasi ini diyakini dapat memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri, yang termasuk didukung melalui transfer teknologi.

“Bahkan, dari peningkatan investasi ini, juga dapat menambah jumlah penyerapan tenaga kerja. Saat ini, sektor industri mamin telah menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang,” tutur Putu.

Artinya, industri mamin telah memberikan dampak yang luas bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Apalagi, industri mamin merupakan sektor usaha yang mendominasi di tanah air, terutama skala industri kecil dan menengah (IKM). Hal ini yang menjadi tumpuan bagi berputarnya roda ekonomi nasional,” tandasnya.

Pemain utama ASEAN
Putu optimistis, sesuai target dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, industri mamin nasional bisa menjadi pemain utama di kawasan ASEAN.

Guna mencapai sasaran tersebut, diperlukan beberapa langkah strategis seperti mengurangi ketergantungan impor bahan produk agrikultural, membangun kemampuan industri mamin dalam mengemas produk yang simple dan aman, serta menguatkan kemampuan di pasar dunia dengan target menjadi pelaku utama ekspor lima besar dunia.

“Oleh karena itu, Kemenperin terus melakukan upaya-upaya strategis untuk mendorong peningkatan daya saing dan produktivitas industri mamin nasional agar mampu berkompetisi di tingkat global. Salah satu langkahnya adalah dengan mendorong penerapan teknologi industri 4.0 di sektor tersebut, mulai dari tahap desain produk hingga distribusi,” paparnya.

Menurut Putu, implementasi industri 4.0 pada sektor manufaktur diyakini dapat menghemat biaya operasional.

“Ini penting karena dengan teknologi industri 4.0, pelaku industri dapat melakukan estimasi kapan waktu yang tepat untuk memperbaiki atau merevitalisasi peralatan produksi yang mereka miliki, sekaligus dapat mencegah kerusakan alat produksi yang berdampak pada proses produksi,” ungkapnya.

Teknologi industri 4.0 juga dinilai berperan penting untuk meningkatkan utilisasi pabrik pada sektor mamin, terlebih pada kondisi pandemi Covid-19.

“Implementasi teknologi industri 4.0 dapat menjadi solusi ketika pabrik belum dapat sepenuhnya beroperasi secara normal. Apabila dalam keadaan normal, implementasi teknologi pada sektor mamin dapat meningkatkan utilisasi 20-25 persen,” tandasnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman menyampaikan bahwa Indonesia masih punya peluang yang besar dalam pengembangan industri mamin, baik itu potensi dari ketersediaan sumber daya alam maupun jumlah penduduknya.

“Jadi, investasi di Indonesia masih sangat terbuka bagi para pelaku industri mamin, karena dengan pasar yang besar ini akan sangat menguntungkan,” terangnya. Apalagi, didukung dengan tekad pemerintah menjalankan hilirisasi dalam meningkatlan nilai tambah bahan baku lokal.

“Industri mamin mempunya visi mengambil peran penting dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2045. Kami melihat, para investor di industri mamin lebih optimis dengan prospek di Indonesia karena pada tahun 2020 sampai pertengahan 2021 mengalami kenaikan konsumsi yang signifikan meskipun ada dampak pandemi,” ungkap Adhi.

Guna memperluas pasar ekspor di sektor industri mamin, Adhi meminta kepada pemerintah dapat memfasilitasi kerja sama dengan sejumlah negara mitra seperti Uni Emirat Arab (UEA).

“Apalagi, negara-negara di UEA sudah banyak yang berinvestasi di Indonesia khususnya sektor industri mamin. Mereka berkolaborasi dengan para pengusaha lokal di Indonesia,” imbuhnya.

Melalui keikutsertaan Indonesia pada ajang pameran tingkat internasional seperti Expo 2020 Dubai ini, GAPMMI berharap, dapat mendongkrak kinerja ekspor produk industri mamin nasional dari hasil promosi yang ditampilkan.

“Terdapat 20 jenis produk mamin yang telah menembus pasar ekspor ke UEA, di antaranya makanan olahan sereal, kopi instan, dan jus,” sebutnya. (indonesia.go.id)