Ikan Labuan Bajo Primadona Ekspor
EKONOMI BISNIS PERISTIWA

Ikan Labuan Bajo Primadona Ekspor

Labuan Bajo ternyata tak hanya dikenal sebagai destinasi wisata. Potensi perikanannya juga bisa menjadi andalan ekspor. Belum lama ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepas ekspor perdana sebanyak 483 kg ikan segar dari Bandara Komodo Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan negara tujuan Malaysia dan Singapura.

“Selama ini pengiriman hanya domestik, tapi setelah melalui proses quality assurance akhirnya bisa ekspor perdana,” ujar Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Bima Jonison Petrus.

Dalam siaran pers yang dikeluarkan KKP, Jonison mengatakan, sebagai salah satu unit pelaksana teknis (UPT) BPPMHKP, jajarannya melakukan quality assurance untuk memastikan mutu dan keamanan komoditas perikanan yang akan dilalulintaskan dari/ke NTT. Quality assurance tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan ikan dan bimbingan teknis pengecekan sarana pelaku usaha hingga terbitnya sertifikat kesehatan (health certificate) ikan.

Adapun komoditas yang diekspor meliputi 35 kg ikan tenggiri segar, 78 kg ikan kakap merah segar dan ikan kerapu segar diekspor menuju negara Malaysia. Selain itu, sebanyak 254 kg ikan tenggiri segar dan 116 kg ikan kerapu segar diekspor menuju negara Singapura yang diekspor CV Labuan Bajo Fishery.

Perlu diketahui, selama ini Malaysia menjadi pasar terbesar, dengan volume transaksi mencapai 31,66 ribu ton atau 60,82% dari total ekspor ikan segar nasional. Nilai ekspor ikan segar ke negeri jiran mencapai USD51,09 juta. Sedangkan, Singapura volume transaksinya mencapai 14,59 ribu ton dengan nilai USD34,52 juta.

Jonison berharap, ekspor perdana ini menginspirasi pelaku usaha lain untuk turut melakukan ekspor. Dikatakannya, Labuan Bajo sebagai daerah wisata juga memiliki potensi perikanan yang luar biasa. Dia menyebut SKIPM Bima secara terbuka menyediakan ruang konsultasi bagi mereka yang ingin menjangkau pasar luar negeri, khususnya dari sisi administrasi.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan telah menyiapkan dukungan teknis guna mendukung implementasi lima program prioritas. Di antaranya quality assurance (QA) berbasis digital yang telah dijalankan BP2MHKP. Menteri Trenggono menyebut karantina dan pengendalian mutu menjadi garda terdepan dalam menjaga mutu hasil perikanan.

Sementara itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat hingga triwulan III atau Januari–September 2023 ekspor produk perikanan Indonesia mencapai USD4,1 miliar atau setara Rp64,3 triliun (kurs Rp15.700/USD). Capaian ini 53% dari target yang ditetapkan tahun ini yakni USD7,6 miliar. Sedangkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor perikanan sebesar Rp1,1 triliun.

“Rasio ekspor ikan dan hasil perikanan yang diterima oleh negara tujuan ekspor 99,84 dan Ekspor Produk Perikanan USD4,1 miliar sampai triwulan III. Sedangkan PNBP Kelautan dan Perikanan Rp1.127 miliar sampai 10 November 2023,” Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI, beberapa waktu lalu.

Capaian indikator kinerja utama KKP tahun 2023 sampai triwulan III-2023 adalah produksi perikanan mencapai 18,5 juta ton, terdiri dari perikanan tangkap 5,76 juta ton dan perikanan budi daya sebesar 12,74 juta ton yang terdiri dari ikan 4,75 juta ton dan rumput laut 7,98 juta ton.

Untuk nilai tukar nelayan (NTN) maupun nilai tukar pembudi daya ikan (NTPi) juga berada di atas poin 100. NTN adalah rasio antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) dinyatakan dalam persentase.

Sementara NTPi adalah sebagai alat ukur kesejahteraan yang diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang diterima pembudi daya. Rata-rata NTN 105,89 dan rata-rata NTPi 105,07.

Sedangkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) perikanan nilainya sebesar 6,78%, sedangkan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 2,7%. Adapun nilai PDB Rp214,18 triliun. (indonesia.go.id)