IGD Penyakit Menular Pertama di Indonesia
KESEHATAN PERISTIWA

IGD Penyakit Menular Pertama di Indonesia

Pemprov Jawa Timur terus berikhtiar meningkatkan pelayanan secara kuantitatif dan kualitatif baik bagi pasien Covid-19 maupun penyakit menular lainnya. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meresmikan Instalasi Gawat Darurat (IGD) khusus penyakit menular di RSUD Dr. Soetomo, pekan lalu.

Peresmian IGD penyakit menular ini merupakan bagian dari hospital disaster plan tahap ketiga, yakni pengembangan IGD khusus Covid-19.

Hospital Disaster Plan yang disiapkan RSUD Dr. Soetomo ini untuk memberikan penanganan sebaik mungkin apabila terjadi lonjakan pasien, yakni melalui optimalisasi penanganan pasien dan juga pengorganisasian secara profesional. Dan merupakan IGD penyakit menular pertama di Indonesia.

Nantinya, pasien yang masuk ke RSUD Dr. Soetomo akan dilakukan screening atau investigasi terlebih dahulu dengan penapisan melalui scoring system. Scoring penapisan secara cepat melalui informasi dan data obyektif ini dilakukan untuk ketepatan diagnosa secara cepat dalam upaya keselamatan pasien, petugas, dan lingkungan rumah sakit.

Kriteria scoring penapisan pasien terduga Covid-19 terbagi tiga yakni score 1-4 (resiko rendah), score 5-19 (resiko sedang), serta score lebih dari 20 (resiko tinggi). Pasien dengan score kurang dari 4 akan ditindaklanjuti di ruang khusus non menular. Sedangkan pasien dengan score lebih dari 4 akan ditindaklanjuti ke ruangan khusus menular.

Gubernur Khofifah menyebut, peresmian IGD penyakit menular di RSUD Dr. Soetomo ini menjadi suatu upaya yang dilakukan rumah sakit ini untuk memberikan proteksi keamanan dan keselamatan baik bagi dokter, tenaga kesehatan, pasien, maupun lingkungan rumah sakit.

Dimana dengan adanya scoring penapisan pasien di awal, maka bisa dilakukan proses identifikasi untuk memisahkan dan memilah antara pasien satu dengan lainnya, terutama bagi pasien Covid-19 dan penyakit menular lainnya.

“Sistem scoring ini akan memudahkan bagi siapapun yang menggunakan terutama kepada seluruh staf di rumah sakit. Ini menjadi bagian yang penting sehingga dari skor yang ada mereka sudah bisa mengambil keputusan pasien ini dibawa ke bagian apa, ruang apa, dan seterusnya. Termasuk memudahkan rumah sakit menjawab pertanyaan dari pasien dan keluarganya misalnya kenapa mereka dibawa ke ruangan ini dan seterusnya,” katanya.

Dengan adanya layanan ini, lanjut Khofifah, menjadi bagian dari upaya terintegrasi dalam meningkatkan layanan RSUD Dr. Soetomo kepada pasien. Apalagi, hari-hari ini perlindungan konsumen mendapatkan ruang yang makin luas.

“Oleh karena itu proses pelayanan di rumah sakit juga harus tetap dalam kerangka kehati-hatian meski telah didukung profesionalisme para nakes dan alat kesehatan yang canggih. Secara prinsip saya mendukung inovasi dan upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan yang makin merata,” katanya.

Sementara itu, dalam kesempatan ini Khofifah juga melaunching secara resmi buku yang merupakan dokumentasi serba-serbi terkait Covid-19 di RSUD Dr. Soetomo. Launching dilakukan melalui pemberian sertifikat hak cipta kepada beberapa dokter seperti Prof Dr Cita RS Prakoeswa dr SpKK(K) FINSDV FAADV dan Dr Desak Gede Agung Suprabawati dr SpB(K)Onk dll.

Buku-buku tersebut diantaranya berjudul Bunga Rampai Covid-19 Pembelajaran Medis dan Sosial Pengalaman RSUD Dr. Soetomo, Konsorsium Kolaborasi Penelitian Covid-19 RSUD Dr. Soetomo, serta Panduan Praktis Klinis (PPK) Covid-19 RSUD Dr. Soetomo.

Peluncuran buku ini disambut baik oleh Khofifah. Menurutnya, akhir-akhir ini banyak beredar hoax terkait informasi soal Covid-19. Informasi tersebut sebagian besar beredar di media sosial maupun aplikasi pesan singkat tanpa ada yang bertanggung jawab siapa penulisnya maupun kebenarannya.

“Ada PR besar di awal-awal Covid-19 adalah menjawab hoax dan menjawab sesuatu yang menjadikan manajemen rumah sakit mana pun kadang-kadang harus menyelesaikan persoalan di internal lebih dulu karena kemungkinan terjadinya dispute dalam proses pengambilan keputusan. Hal itu mungkin dikarenakan kita belum punya best practice mana yang bisa kita jadikan referensi. Dengan adanya buku-buku ini kita harapkan bisa menjadi referensi termasuk dalam menjawab hoax yang beredar,” katanya.

Dirut RSUD dr. Soetomo Joni Wahyuadi menjelaskan sarana yang terdapat di IGD menular adalah sebagai berikut; tempat tidur penapisan sebanyak 4 bed, tempat tidur ICU / ruang resusitasi menular sebanyak 15 bed, tempat tidur high care IGD penyakit menular sebanyak 21 bed, buffer atau penyangga untuk penyakit menular sebanyak 21 bed, ruang tindakan untuk penderita covid-19 yang sedang hamil sebanyak 6 bed.

Total IGD penyakit menular total 66 bed. Sementara saat ini RSUD dr Soetomo telah melayani pasien covid-19 melalui 163 bed dan yang sedang proses penyeleseian VIP sebanyak 6 bed. Meskipun ada penambahan ruang layanan pasien covid-19, Gubernur Khofifah tetap berpesan agar semua pihak tetap waspada dan patuh protokol kesehatan. (ita)