Pascagempa tektonik berkekuatan 6,1 yang mengguncang Malang, Jawa Timur (Jatim) dan wilayah sekitarnya, Sabtu (10/04), pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) bergerak cepat dengan menerjunkan Taruna Siaga Bencana (Tagana).
Sebanyak 700 personil Tagana yang berasal dari 10 kabupaten/kota se-Jatim diterjunkan ke lokasi terdampak untuk melaksanakan empat tugas yaitu membantu evakuasi korban, membangun shelter, mendirikan dapur umum, dan menyelenggarakan layanan dukungan psikososial.
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini juga meninjau langsung lokasi terdampak gempa. Tiba di Malang, Minggu (11/04) dini hari, Mensos langsung menyapa serta memberikan bantuan kepada penyintas gempa. “Yang sabar ya Bapak/Ibu. Mudah-mudahan situasi segera pulih,” ucapnya.
Risma juga mengunjungi pengungsi di Kabupaten Lumajang, Jatim untuk memastikan kebutuhan dasar para pengungsi terpenuhi.
Sebelumnya, pascabanjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) Mensos juga terjun ke lokasi terdampak untuk memastikan ketersediaan logistik dan kebutuhan dasar mereka terpenuhi.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) gempa tektonik magnitudo 6,7 yang kemudian di-update menjadi magnitudo 6,1 terjadi Sabtu (10/04) pukul 14.00.16 WIB di wilayah Samudra Hindia Selatan Jawa, dengan episenter pada koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 kilometer arah Selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jatim pada kedalaman 80 kilometer.
“Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi pergerakan naik (thrust fault),” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Sabtu (10/04).
Kepala BMKG mengungkapkan, tak hanya di wilayah Malang, guncangan akibat gempa juga dirasakan di sejumlah daerah antara lain yaitu Blitar, Kediri, Trenggalek, Jombang, Nganjuk, Banjarnegara, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Mojokerto, Klaten, Yogyakarta, bahkan hingga beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat dan Bali.
Menutup keterangan persnya, Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga diimbau agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
“Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), telegram channel (https://t.me/InaTEWS_BMKG), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg atau infobmkg,” tandasnya. (sak)