Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyambangi kediaman salah seorang veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Semarang, Rabu (17/08). Ia adalah R Soemardi (96) yang kini tinggal di Jalan Tamtama Raya, Jangli, Tembalang.
Ganjar tiba di rumah Soemardi sekira pukul 14.30 WIB. Saat itu, Soemardi sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Ternyata Soemardi sudah menantikan kedatangan orang nomor satu Jawa Tengah itu, sejak mendapatkan kabar dari orang dekat beberapa hari sebelumnya.
“Kemarin dikabari, mungkin Pak Gubernur (Ganjar) akan rawuh (datang) ke sini, tapi belum bisa dipastikan. Saya menanti-nanti kedatangan Bapak dari tadi,” ujar Soemardi kepada Ganjar.
Perbincangan panjang pun terjalin antara Soemardi dan Ganjar Pranowo. Kurang lebih 45 menit keduanya berdialog. Meskipun sudah berusia 96 tahun, ingatan Soemardi masih kuat. Pria kelahiran Kampung Jlagran Yogyakarta, 17 Mei 1926 (di data administrasi 1929) itu menceritakan bagaimana ia berjuang dan menjadi bagian dari tentara Indonesia.
“Awalnya saya ikut-ikutan saja. Waktu itu diajak teman, pada masa revolusi fisik, sekitar tahun 1946-1947 di Blitar. Waktu itu saya jadi pengawal Pak Mustopo yang bertugas sebagai komando train,” tutur Soemardi tentang awal mula ikut berjuang.
Selama di Blitar, Soemardi bertugas dalam bagian perhubungan dan belum mendapatkan pangkat. Saat itu menjadi tentara juga tidak melalui pendaftaran tetapi secara sukarela.
Tugas utamanya kala itu, melayani perhubungan. Ketika meletus perang melawan penjajah di Jawa Timur, ia ikut menjadi salah satu pembaca, sekaligus penyampai sandi atau morse.
“Saya tidak turun langsung berperang, saya menyampaikan morse atau kode mengenai situasi dan perintah dari atasan. Jadi waktu itu perintah yang kami terima tidak dalam tulisan tangan, tetapi pakai kode lewat headphone, lalu saya mengetik dan menyampaikan (ke pasukan),” jelasnya.
Beberapa tahun bertugas di Blitar, Soemardi kemudian pulang ke Yogyakarta. Di sinilah ia kemudian diajak oleh saudaranya, Soemaryadi untuk bergabung BKR dan masuk Polisi Tentara (Polisi Militer), tepatnya saat meletus agresi militer Belanda II.
Ia tergabung dalam pasukan yang mendapat tugas meledakkan dinamit di Jembatan Kali Bedog, Kecamatan Gamping, Sleman.
“Saya resminya jadi tentara itu waktu agresi militer II. Pangkatnya Prajurit Dua. Dapat tugas operasi di daerah Gamping,” kata Soemardi.
Sembilan bulan setelah tugas di Gamping, tepatnya Desember 1949, Soemardi mendapatkan tugas mengamankan pelantikan Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) di Sitinggil, Kraton Yogyakarta. Pengamanan itu dilakukan untuk menghadapi segala kemungkinan gangguan atau misi penggagalan.
“Itu pertama kalinya saya bertemu Bung Karno,” ujar Soemardi yang pensiun sebagai tentara pada 1977, dengan pangkat Letnan Dua.
Sebelum mengakhiri ceritanya, Soemardi balik melempar pertanyaan kepada Ganjar Pranowo. Ia bertanya tentang alasan Ganjar ingin datang berkunjung ke rumahnya.
Mendengar perkataan itu, Ganjar Pranowo mengatakan, kedatangannya ke rumah Soemardi adalah sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada pejuang kemerdekaan yang masih sehat.
Ia mengatakan sejak beberapa hari lalu ia mencari informasi tentang pejuang kemerdekaan yang saat ini masih sehat. Dari beberapa nama yang diusulkan, akhirnya Ganjar memilih untuk berkunjung ke rumah Soemardi.
“Pertama, hari ini 17 Agustus. Kedua, saya tanya kepada teman-teman, siapa veteran pejuang yang hari ini masih sehat. Ditunjukkan beberapa nama, lalu ada nama Pak Soemardi, dia dulu pejuang di bagian perhubungan dan ahli morse. Itu yang membuat saya tertarik,” kata Ganjar.
Ganjar kemudian mengatakan, mendengarkan cerita dari pejuang kemerdekaan merupakan jamuan yang sangat istimewa. Sebab dari situ, menambah semangat untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi lebih baik.
“Mendengarkan cerita Pak Soemardi, memberikan pengetahuan dan semangat bagi generasi muda dan penerus. Ini lho untuk yang muda-muda agar tahu, bagaimana dulu saat berjuang,” ujar Ganjar. (hms)