Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ternyata memiliki pengalaman pahit ketika menempuh pendidikan sarjana di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Banyak duka, haru, dan perjuangan, untuk lulus dari Kampus Biru itu.
Cerita susah masa kuliah diceritakan Ganjar saat memberikan pembekalan kepada 3.150 calon wisudawan UGM di Graha Saba UGM, Selasa (22/08). Hadir pula dalam acara itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Rektor UGM, dan tamu undangan lain.
“Mungkin sebagian dari teman-teman sering merasa jengkel waktu menerima tugas. Mungkin ada juga yang merasa sebel ketika dapat nilai D dan harus ujian ulang. Dan tentu banyak sekali yang merasa muak, marah bahkan kecewa, ketika harus berulang-ulang revisi saat bimbingan skripsi. Saya dulu juga merasakan hal yang sama,” ucapnya.
Ganjar masih ingat, bagaimana dulu saat harus mengulang mata kuliah. Ia juga masih ingat bagaimana rasanya dipaksa oleh keadaan dan harus cuti dari perkuliahan.
“Mungkin sampeyan semua yang hadir di sini masih lebih beruntung dibanding saya waktu kuliah. Dari segi waktu saja, saya baru wisuda setelah delapan tahun kuliah. Jadi saya menghabiskan waktu yang diberikan UGM pada mahasiswanya,” ucapnya, disambut tawa calon wisudawan.
Namun duka lara selama menempa hidup di kawah Candradimuka itulah, lanjut Ganjar, yang menjadi faktor kesuksesan dirinya saat ini. Duka lara itu membimbingnya menapaki jalur ilmu pengetahuan, menjelajahi ruang kreativitas yang akhirnya membentuk karakter. “Seperti kata Tan Malaka, kira harus terbentur, terbentur, terbentur, dan kemudian terbentuk,” katanya.
Menurut Ganjar, pengalaman pahit itu menjadi modal berharga, sejak bekerja sampai memegang amanah dari warga sebagai anggota DPR dan Gubernur Jateng dua periode. Dari proses itu, telah melahirkan sebuah kekuatan sebagai pelengkap kekuatan intelektualitas selama kuliah. “Kekuatan itu pula yang menjadi indikator manifesto saya untuk melahirkan banyak program di Pemprov Jateng,” jelasnya.
Untuk itu, Ganjar meminta para calon wisudawan untuk tetap tegar. Usai lulus, mereka diminta segera mengabdikan ilmunya untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
“Selamat kepada para wisudawan. Ingat, bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam dinding-dinding kelas. Ia berlangsung juga di tengah-tengah kehidupan masyarakat luas. Oleh karena itu, mari kita menjadikan setiap momen dalam hidup kita sebagai pelajaran, setiap tindakan sebagai suri teladan, dan setiap langkah sebagai jejak menuju kemajuan,” pungkasnya. (hms)