Selain tujuh Jenderal yang tewas ditembak mati pasukan Chakrabirawa, ada satu korban tidak berdosa dalam peristiwa kekejaman G30S/PKI. Adalah Ade Irma Suryani Nasution, merupakan putri bungsu dari pasangan Jenderal AH Nasution dan Johanna Sunarti. Ia lahir pada 19 Februari 1960. Kemudian, meninggal pada 1 Oktober 1965.
Saat peristiwa itu berlangsung, Ade Irma masih berusia 5 tahun. Ia memiliki seorang kakak bernama Hendrianti Saharah Nasution, yang menjadi kunci saksi hidup kejamnya pasukan PKI tersebut
Kisah Ade di malam kelam itu, dilansir dari Buku Dendam & Cinta Keluarga Marxis karya Edy van Kelingyang. Kejadian bermula pada pukul 04:00 WIB dini hari pada 1 Oktober 1965.
Di malam yang hening, empat truk dan dua mobil Militer menyerbu kediaman resmi Jenderal A.H Nasution. Untungnya, sang Jenderal berhasil menyelamatkan diri dari penculikan dan pembunuhan.
Hal tersebut terjadi, karena ia dipaksa kabur oleh istrinya, Johanna Sunarti. Alih-alih menembak sang Jenderal, timah panas tersebut meleset dan melukai punggung Ade Irma Suryani. Ada tiga peluru yang bersarang dipunggungnya. Tepatnya, saat dirinya sedang digendong oleh sang bibi, Mardiah.
Tanpa banyak buang waktu, Ade Irma segera djlarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, Gatot Subroto. Luka tembakan dialami Ade Irma saat itu tidak kunjung membaik, saat dirawat lima hari di RSPAD Gatot Subroto.
Dalam masa-masa kritisnya, Ade Irma sempat terbangun sambil menguatkan orang-orang yang mencintainya. Ia dioperasi sebanyak tiga kali untuk mengangkat dan membersihkan sisa peluru yang masih tertinggal di tubuhnya.
Operasi yang memerlukan keahlian khusus tersebut ditangani oleh seorang dokter militer yang bernama Brigjen Dr. Arie Sadhewo. Ade Irma yang masih terlulai lemas pada saat itu, masih berupaya memikirkan kondisi kedua orang tua dan kakak tersayangnya.
Saat terbaring lemas di rumah sakit, Ade Irma sempat mengatakan sepenggal kalimat kepada sang kakak. “Kakak jangan menangis, Ade sehat,” katanya lirih.
Selang berapa waktu kemudian, Ade Irma bertanya kepada ibunya dan berkata. “Kenapa Papa mau dibunuh, Mama,” ucapnya, dengan nada sendu. Kemudian, sekitar pukul 20.00 WIB pada 6 Oktober 1965. Ade Irma Suryani Nasution akhirnya wafat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. (rri)