Bertempat di Kampung Coklat Blitar, 200 an eks TKI yang terhimpun dalam Pertakina (Persatuan TKI Purna) melakukan pelatihan marketing digital untuk produk-produk mereka.
Kegiatan yang mengambil tema “Produk Lokal Dipasarkan Digital” tersebut didukung penyelenggaraannya oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kediri.
Pada sesi praktek, para peserta antusias memotret produk-produk mereka hanya berbekal smartphone masing-masing. Pekerjaan editing foto dilaksanakan sambil makan siang dengan bimbingan narasumber.
Sesi berikutnya mereka dilatih membuat video produk kembali dengan mengandalkan smartphone. Sesi inipun berlangsung santai namun efektif karena setiap peserta bisa membuat langsung materi iklan untuk langsung dipasarkan secara digital.
Sulistyani, Ketua Pertakina, dalam sambutannya mengharapkan agar pelatihan tersebut berkontribusi pada pencegahan para purna TKI untuk kembali jadi TKI.
“Lebih banyak dampak negativenya jika seorang ibu berangkat ke LN menjadi TKI. Suksesnya Bisnis menjadi kunci bagi penghentian siklus perdagangan orang dan perekonomian lokal,” jelas Sulis seperti layaknya doa.
Ketua Kantor Perwakilan BI Kediri, Joko Raharto memperkuat bahwa para pengusaha yang punya bckground TKI mempunyai nilai plus karena faktor nyali dan motivasi sudah terpenuhi.
“BI mengharapkan upaya pengembangan diri para purna TKI ini dilanjutkan dengan memanfaatkan organisasi perjuangan ekonomi yang sudah dibentuk Pertakina yaitu koperasi. Badan usaha koperasi ini cocok untuk memperjuangkan kesejahteraan sekaligus menjaga kebersamaan anggota,” jelas Joko dalam pidatonya.
Eva Sundari yang juga pengawas ICA (International Cooperative Alliances) untuk Asia dan Pasifik menyambung, “Koperasi alat yang cocok untuk mengatasi kemiskinan struktural sekaligus membangun solidaritas sosial. Gotong royong yang sudah jadi watak bangsa hanya pas diwadahi dalam koperasi”.
Beberapa purna TKI menginginkan diikutsertakan dalam pameran-pameran LN untuk memperluas pasar mereka. (sak)