Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, di bulan-bulan awal pemerintahannya harga-harga komoditas anjlok. Baik itu batubara, sawit, karet, semuanya turun karena memang ekonomi dunia yang juga dalam posisi menurun.
“Masa booming minerba sudah selesai. Oleh sebab itu tidak ada pilihan yang lain bagi kita, tidak ada pilihan lain bagi ekonomi di Indonesia harus berubah. Oleh sebab itu, kita harus memperbaiki pondasi-pondasi ekonomi yang kita miliki,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 MetroTV, di Grand Studio Metro TV Kedoya, Jakarta, Senin (26/11) malam.
Presiden menegaskan, selama empat tahun pemerintah telah bekerja keras membangun pondasi-pondasi baru.
Pemerintah ingin bangsa ini hijrah dari yang konsumtif ke produktif, bangsa yang efisien dan bangsa yang kompetitif, karena tanpa ini sangat berat bagi kita untuk berkompetisi dan bersaing dengan negara-negara lain.
“Memang kadang-kadang apa yang kita kerjakan hasilnya tidak instan. Hasilnya tidak langsung kita nikmati. Itulah pil kadang-kadang pahit, kadang-kadang sakit. Tapi kita harus memilih itu agar kita bisa menjadi bangsa yang sehat produktif yang kompetitif dan yang efisien,” ucap Presiden.
Jokowi menjelaskan, dalam 4 tahun terakhir ini, pemerintah telah memperbaiki struktur fiskal, dari yang konsumtif ke produktif. Ia menunjuk contoh, subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang presentasenya 82% justru dinikmati oleh kalangan atas.
Pada 2014 dipangkas dan dialihkan untuk kegiatan produktif membangun infrastruktur-infrastruktur, jalan, pelabuhan, bandara, dan jalan-jalan tol.
Untuk pembangkit tenaga listrik, orientasi pemerintah memang tidak Jawa sentris. Tidak hanya di Pulau Jawa tetapi Indonesia sentris, karena pemerintah ingin membangun Indonesia.
Untuk sebuah keadaan sosial untuk memunculkan sentra-sentra ekonomi baru di luar pulau jawa.
Pemerintah juga telah memangkas regulasi-regulasi yang berbelit-belit meski sampai saat ini belum cukup. Presiden memberikan contoh izin untuk urusan pembangkit tenaga listrik, dari 258 izin dipangkas menjadi 58. Namun menurut Presiden ini belum cukup. Ia menilai 58 masih terlalu banyak.
Namun Jokowi mengingatkan, apa yang dilakukan pemerintah dalam 4 tahun terakhir ini perlu proses, tidak mungkin bisa instan.
“Perlu tahapan-tahapan besar untuk memulai kecepatan, untuk memulai efisiensi, untuk memulai kompetitif,” tegas Jokowi seraya menambahkan, rangking Indonesia di ease of doing business juga melompat dari 120 menjadi 72 dalam empat tahun ini.
Pemerintah juga ingin menurunkan ketimpangan, dan menurunkan kemiskinan. Hasilnya, lanjut Presiden, bisa dilihat dalam empat tahun ini gini rasio telah turun dari 0.41 menjadi 0.38.
“Ini memang tidak bisa langsung melompat karena dulu proses gini rasio ini semakin membesar juga proses jangka panjang. Menurunkan juga membutuhkan proses-proses dan juga memerlukan waktu,” ujar Presiden seraya menambahkan, kemiskinan turun dari 11,2% menjadi 1 digit 9,8 dalam empat tahun, menurut Presiden, juga bukan perkara mudah.
Pemerintah juga telah memiliki program keluarga harapan, kartu Indonesia Sehat, kartu Indonesia Pintar, juga Dana Desa yang telah digelontorkan sampai sekarang, 4 tahun ini sudah pada angka Rp187 triliun.
“Bukan angka yang kecil ini untuk membangun infrastruktur-infrastruktur kecil yang ada di desa-desa, baik jalan, jembatan-jembatan, irigasi-irigasi, embung kecil-kecil,” ungkap Jokowi seraya menambahkan, PAUD, Posyandu, BUMDes semuanya dibangun dari Dana Desa selama 4 tahun sebesar Rp187 triliun itu.
Pemberdayaan ekonomi kecil juga dilakukan pemerintah. Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sebelumnya 22-23 persen, lanjut Presiden, saat ini dengan subsidi bunganya menjadi 7%, yang bisa dinikmati oleh usaha mikro, usaha kecil sehingga mereka tidak terbebani oleh bunga yang tinggi.
Bank wakaf mikro juga didirikan pemerintah di pondok-pondok pesantren. Memang belum banyak, baru kurang lebih 30 bank wakaf mikro, tetapi paling tidak menurut Presiden Jokowi, kita telah memulai bahwa ekonomi umat juga perlu diperhatikan. “Inilah yang telah kita lakukan,” tegas Jokowi.
Menurut Jokowi, pembangunan pondasi baru perekonomian yang sudah dikerjakan pemerintah itu, ada yang sudah selesai, ada sedang dalam proses, ada yang belum selesai.
Tahapan besar yang kedua nantinya akan dimulai 2019, menurut Presiden, adalah pembangunan sumber daya manusia, peningkatan kualitas sumber daya manusia karena kita memiliki kekuatan 260 juta penduduk. “Ini adalah kekuatan, ini adalah potensi,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Presiden menegaskan, kita harus menjamin tumbuh kembang anak sejak di kandungan. Ia menyebutkan, program stunting kita juga telah menurunkan dari 37% menjadi 30%.
Sementara pemberian Kartu Indonesia Pintar juga telah diberikan kurang lebih kepada 19 juta pelajar-pelajar dari keluarga prasejahtera.
Ke depan, lanjut Presiden, revitalisasi vokasi, pendidikan vokasi, vocational training akan diperkuat dan diperbanyak sehingga betul-betul yang namanya pembangunan sumber daya manusia (SDM) akan terlihat seperti dalam empat tahun ini kelihatan pemerintah membangun fisiknya, yaitu infrastruktur-infrastruktur yang ada.
“Sekali lagi terakhir saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun ke-18 Metro TV,” ucap Jokowi mengakhiri sambutannya. (sak)