Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menghimbau agar keberadaan Desa Wisata tidak hanya sebagai trend, tapi harus sustainable atau berkelanjutan. Dirinya mengajak para akademis muda di bidang pariwisata untuk bersama pemerintah mewujudkan desa wisata yang lebih kreatif dan inovatif.
“Kita menghindari agar desa wisata hanya menjadi trend sesaat atau bahkan jargon semata,” tutur Wagub Emil dalam sambutannya di ruang Kahuripan Lantai 3 Gedung Rektorat Kampus C Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu (16/11) pagi.
Pada acara Seminar Nasional Pariwisata 2019 itu, Emil Dardak, sapaan akrab Wagub Jatim menjelaskan, sustainable yang harus ditekankan tak hanya soal pariwisatanya saja. Namun juga harus menjaga sustainable atau keberlangsungan ekosistem alam di sekitarnya.
Pasalnya, banyak desa wisata tersebut yang mengandalkan alam sebagai sorotan utama. Sehingga menjaga ekosistem alam patutnya tidak dikesampingkan.
Selain faktor alam, maka faktor manusia menjadi yang kedua penentu kelanjutan desa wisata. Perlu ada komunikasi yang baik antara warga desa, Pemerintah Kabupaten/Kota hingga Pemerintah Provinsi.
Menurut orang nomor dua di Jatim ini, keberadaan Desa Wisata utamanya diharapkan bisa menjadi roda penggerak perekonomian wilayah desa itu sendiri. “Desa Wisata akan mengubah paradigma potensi sebuah desa,” imbuhnya.
Lebih lanjut oleh Wagub Emil, meng-upgrade sebuah desa menjadi desa wisata tidak semata-mata mengganti sebutan saja, namun diperlukan pemetaan merata mengingat setiap desa memiliki potensi tersendiri. Ada yang memang cocok untuk kawasan agrowisata, wisata pantai, atau bahkan yang tengah digandrungi yaitu wisata kulinernya.
Dihadapan para akademisi muda pariwisata, dirinya berharap agar muncul ide dan inovasi terbaru khususnya tempat wisata di Jawa Timur.
Seiring program Pemprov Jatim untuk meningkatkan Kawasan Lingkar Wilis, ia mengajak akademisi muda tersebut bersama dan bahu membahu meningkatkan bahkan membuat kawasan wisata baru di Jawa Timur yang bisa bertahan lama dan memberi dampak signifikan bagi masyarakat di sekitarnya.
“Yang terpenting adalah terbangun sebuah sinergi antar desa, seperti halnya di kawasan Lingkar Wilis, desa itu tidak berdiri sendiri, tapi satu paket,” jelas Emil.
Dengan terjalinnya sebuah koneksi antar wilayah, diharap bisa menjaga kelanjutan desa wisata, serta menarik wisatawan baik dari dalam maupun luar daerah. (ita)