Indonesia memperkuat posisinya sebagai eksportir pinang terbesar dunia, dengan 35% pasokan global berasal dari tanah air. Tradisi mengunyah pinang kini berbuah manis sebagai komoditas ekspor bernilai triliunan rupiah. Menteri Perdagangan optimis, ekspor pinang akan terus meningkat dengan pembukaan pasar baru di Arab Saudi dan Bangladesh.
Tradisi memakan buah pinang sudah dijalani masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Laku mengunyah buah pinang dicampur kapur, tembakau, cengkeh, gambir, dan dibalut daun sirih diakui berkhasiat menyehatkan gigi dan mulut.
Tidak hanya itu, biji pinang kering juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri dan farmasi. Di bidang industri, pinang digunakan sebagai campuran kosmetik, campuran permen, serta zat pewarna alami pada kain dan kapas. Pinang mengandung zat-zat antioksidan sehingga banyak digunakan di bidang farmasi.
Pemakaiannya sebagai campuran pembuat obat-obatan, seperti obat disentri, obat cacing, obat kumur, dan lan-lain. Selain dimanfaatkan di dalam negeri, pinang biji juga merupakan komoditas ekspor yang turut meningkatkan devisa negara.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyampaikan bahwa ekspor Pinang Indonesia menduduki peringkat satu dunia.
Hal itu ia sampaikan saat melepas secara simbolis ekspor pinang PT Best Star Indonesia untuk Juli 2024 sebanyak 28 kontainer, yang terdiri dari delapan kontainer ke Arab Saudi dan 20 kontainer ke Bangladesh dengan total nilai USD692 ribu atau setara Rp11,10 miliar. Pelepasan ekspor dilakukan di gudang PT Best Star di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Sabtu (13/07).
Pada kesempatan tersebut, Mendag Zulkifli Hasan juga menambahkan, Indonesia merupakan eksportir pinang nomor satu dunia dan memasok 35 persen kebutuhan pinang global. Untuk itu, ia pun mengajak semua pemangku kepentingan untuk terus menjaga dan memperkuat prestasi itu.
“Pasar pinang terbesar ada di India, Arab Saudi, Bangladesh, dan Vietnam. Pelepasan ekspor ke Arab Saudi dan Bangladesh kali ini kami harap dapat menjadi momentum mendorong perluasan akses pasar bagi produk pinang Indonesia,” ujar Menteri Zulkifli Hasan.
Mendag Zulkifli Hasan pun mengapresiasi PT Best Star Indonesia sebagai perusahaan binaan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang terus-menerus mendorong peningkatan ekspor produk pinang Indonesia ke pasar global. Perusahaan ini tidak hanya memberdayakan petani pinang di daerah Jambi tapi juga di wilayah Lampung, dan Bengkulu.
Jambi memang dikenal sebagai produsen utama pinang di Indonesia. Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan benih Pinang Betara Jambi sebagai varietas unggul nasional yang berorientasi pada ekspor, sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih bagi pekebun khususnya di Provinsi Jambi. Pada 2021, nilai komoditas ekspor pinang dari Jambi mencapai Rp1,7 triliun.
Lahan terbesar pertanian pinang di Jambi ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Adapun provinsi lainnya di Sumatra seperti Lampung, Aceh, dan Bengkulu turut menyumbang produksi pinang nasional.
Dari catatan Kemendag, ekspor produk pinang Indonesia periode Januari sampai Mei 2024 mencapai USD49,1 juta. Sedangkan pada 2023 tercatat sebesar USD127, 39 juta dengan negara tujuan ekspor terbesar pinang Indonesia, yaitu Iran (42,11 persen), India (14,82 persen), Tiongkok (10,81 persen), Bangladesh (9,41 persen), dan Malaysia (5,86 persen).
Permintaan pasar global untuk komoditas pinang amat menjanjikan. Permintaan impor dunia 2023 mencapai nilai sebesar USD358,7 juta. Tren impor pinang lima tahunan dunia (2019 sampai 2023) juga tumbuh positif sebesar 39 persen.Negara-negara pengimpor pinang terbesar di dunia, antara lain, India (USD147,3 juta), Iran (USD55,69 juta), Bangladesh (USD35,30 juta), Persatuan Emirat Arab (USD34,42 juta), dan Vietnam (USD26,5 juta).
Sejauh ini, Kemendag, melalui berbagai strategi dan kebijakan, berkomitmen untuk terus mendukung peningkatan ekspor nasional.
Upaya peningkatan ekspor tersebut, antara lain, dengan membuka akses pasar luar negeri melalui perjanjian-perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA), Preferential Trade Agreement (PTA), dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) sebagai “jalan tol” ekspor produk Indonesia.
Cara lainnya adalah promosi ekspor melalui pameran dagang internasional terbesar di Indonesia. Seperti gelaran Trade Expo Indonesia (TEI), yang dipusatkan di Indonesia Conference Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, pada 9 sampai 12 Oktober 2024. (indonesia.go.id)