Di tengah hutan dan sungai-sungai besar Kalimantan Timur tersembunyi sebuah permata yang dikenal sebagai Desa Muara Enggelam. Desa itu menjadi bagian dari Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, yang terletak di tengah Danau Melintang.
Muara Enggelam bukan sekadar tempat tinggal bagi penduduk lokal—desa itu merupakan `destinasi unik yang semakin dikenal oleh wisatawan berkat keindahan alam dan kehidupan tradisional masyarakatnya yang terpencil. Dalam catatan Dinas Pariwisata Pemkab Kutai Kartanegara, Muara Enggelam merupakan desa yang dikelilingi perairan yang menjadikannya sebuah “desa terapung.”
Di sana, rumah-rumah kayu yang berdiri kokoh di atas air. Dan untuk menghubungkan satu rumah ke rumah lainnya, ada infrastruktur berupa jembatan panjang yang menghubungkan bagian-bagian desa, dan pemandangan danau yang memukau. Itu semua menciptakan pemandangan unik yang tak tertandingi.
Namun, lokasi terpencilnya, sekitar 90 km dari Samarinda, membuat perjalanan ke desa ini menjadi tantangan tersendiri. Hanya sedikit orang yang berkesempatan menikmati keindahan Muara Enggelam karena akses transportasi terbatas dan hanya bisa dicapai melalui jalur air.
Sebagai desa yang dikelilingi oleh perairan tawar yang terhampar seluas 11.000 hektare, Muara Enggelam memiliki sumber daya ikan air tawar yang melimpah. Mayoritas penduduk desa, yang berjumlah sekitar 747 jiwa dari 178 kepala keluarga, bergantung pada hasil tangkapan ikan sebagai mata pencaharian utama.
Penduduk di sini mengolah ikan menjadi ikan asin dan ikan asap untuk dijual di kota terdekat. Selain itu, beberapa warga juga menjalankan usaha sarang burung walet, yang menjadi sumber tambahan ekonomi masyarakat.
Kendati dikelilingi dikelilingi perairan, di desa itu terdapat jembatan sepanjang 1,5 kilometer di kedua sisi desa yang berfungsi memudahkan mobilitas. Sehingga walau beberapa penduduk memiliki sepeda atau sepeda motor, perahu tetap menjadi moda transportasi utama untuk beraktivitas sehari-hari, seperti bersekolah, bekerja, dan berbelanja kebutuhan harian.
Gapura Atas Air
Salah satu daya tarik utama desa ini adalah gapura kokoh yang berdiri megah di atas perairan. Gapura itu dibangun atas inisiatif masyarakat setempat dan dukungan pemerintah daerah.
Yang menarik dari bangunan fisik dari gapura itu adalah fungsinya yang tak hanya sebagai ikon wisata, melainkan juga sebagai penahan angin kencang dan ombak saat air pasang. Selain itu, gapura tersebut mampu membendung gulma atau tanaman liar yang biasanya muncul saat banjir, sehingga air di sekitar desa tetap jernih.
Tidak heran jika gapura tersebut menjadi simbol kebanggaan desa ini dan membuat Muara Enggelam meraih penghargaan dalam Festival Gapura Cinta Negeri pada 2019. Meskipun terpencil, Muara Enggelam memiliki fasilitas yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakatnya. Di sana, terdapat tempat ibadah, puskesmas, kantor desa, sekolah, sarana listrik, serta akses air bersih.
Kehidupan di desa ini tertib dan bersih. Pemerintah desa bahkan menyediakan perahu khusus pengangkut sampah, sehingga warga di sini dilarang membuang sampah sembarangan, yang menjadikan desa terapung ini terlihat bersih dan asri.
Alam Bersahabat
Di Muara Enggelam, musim kemarau menjadi tantangan tersendiri. Saat hujan jarang turun, daratan basah kadang-kadang terlihat di sekitar desa, namun air di danau menyusut.
Saat itulah warga mengalami kesulitan dalam mengangkut barang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama karena perahu sulit beroperasi di perairan yang dangkal. Kondisi tersebut sudah biasa dihadapi masyarakat setempat, sehingga mereka pun memiliki cara tersendiri untuk bertahan dan tetap produktif.
Sebagai desa wisata air, Muara Enggelam terus menarik minat wisatawan yang ingin merasakan suasana eksotis yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Keindahan alamnya, gapura ikoniknya, serta kehidupan sederhana masyarakatnya menciptakan pengalaman yang berbeda dan autentik. Bagi pecinta alam dan petualang, Muara Enggelam adalah destinasi yang layak dikunjungi.
Pasalnya, desa wisata ini menawarkan kepada wisatawan berupa suasana alam yang asri, kehidupan tradisional yang damai, dan keramahan masyarakat lokal yang tulus.
Jika ingin melewati Muara Muntai, dibutuhkan 3 jam waktu tempuh menggunakan mobil dari Tenggarong menuju Muara Muntai. Kemudian, akan berhenti di Desa Kuyung atau Oloy untuk naik perahu ke Desa Muara Enggelam selama 1 jam.
Sesampainya di sana, pelancong atau wisatawan akan disambut oleh gerbang masuk berupa tiang gapura yang menjulang tinggi. Apakah Anda tertarik untuk merasakan pengalaman baru berada di tengah desa tanpa daratan? Yuk, agendakan waktumu menjelajahi desa wisata Muara Enggelam. (indonesia.go.id)