Stem cell atau sel punca merupakan teknologi pengobatan mutakhir yang aplikasi dan risetnya masih minim di Indonesia. Pada Selasa (26/07) Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan Webinar dan Workshop Stem Cell Batch ke-17.
Mengangkat topik Multidicipline Approach of Stem Cell Therapy, webinar tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI Ir Budi Gunadi Sadikin dan Ketua Komite Sel Punca Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Dr Amin Soebandrio.
Menyambut para narasumber dan undangan yang hadir, Rektor UNAIR Prof Mohammad Nasih mengungkapkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu memiliki dua sisi yang berlawanan. Ia mengingatkan, di samping banyaknya manfaat medis yang bisa diberikan oleh pengembangan teknologi sel punca, juga diiringi oleh resiko terkait dengan keamanan, efikasi, dan etik.
Oleh karena itu, Prof Nasih mengharapkan kolaborasi yang sinergis banyak pihak dan disiplin ilmu dalam pengembangan teknologi sel punca guna menekan tingkat resiko yang ditimbulkan.
“Setidaknya kita bisa mengurangi tingkat resiko menjadi sebanding dengan manfaat yang diberikan apabila sel punca ini nantinya dapat menjadi layanan kesehatan di Indonesia,” imbuhnya.
Sementara itu, Menkes Budi menjelaskan bahwa Kemenkes RI merespon positif adanya upaya pengembangan teknologi sel punca. Ia menjelaskan bahwa upaya pengembangan teknologi sel punca ini sejalan dengan enam transformasi kesehatan yang dicanangkan oleh Kemenkes salah satunya transformasi teknologi kesehatan.
“Melalui adanya pandemi, Kemenkes menyadari bahwa diperlukan adanya transformasi terhadap sistem kesehatan Indonesia khususnya peningkatan teknologi kesehatan. Oleh karena itu, adanya teknologi baru akan selalu kami respon dengan penuh keterbukaan,” jelasnya.
Perihal pengembangan sel punca, Menkes Budi menekankan dalam pelaksanaannya nanti harus memenuhi standar riset yang baku. Selain itu, dalam pengembangan sel punca juga harus memperhatikan keamanan (safety) serta efikasi dari aplikasi sel punca nantinya.
“Karena kami berkewajiban untuk menjamin supaya pengembangan teknologi sel punca harus didasarkan pada evidence based dan proses scientific yang sesuai standar sehingga dampak negatif yang ditimbulkan bisa diminimalisir,” tegas Menkes Budi.
Melanjutkan penyampaiannya, Menkes Budi menjamin bahwa Kemenkes RI siap mendukung penuh pengembangan teknologi sel punca. Ia menjelaskan bahwa Kemenkes akan segera memformulasikan program untuk riset sel punca sehingga lebih transparan dan formal.
“Jika nanti memang apabila dari riset sudah sesuai dengan prosedur dan etik yang yang ada serta hasil health assessment juga dikatakan layak, maka adopsi teknologi sel punca sebagai layanan kesehatan Indonesia bisa segera diwujudkan,” terangnya. (ita)