Para pemangku kepentingan di bidang kebudayaan berkumpul di ajang Kongres Kebudayaan Indonesia untuk menetapkan Strategi Kebudayaan, belajar, dan bertukar pikiran bidang kebudayaan. KKI pun membuka ruang bagi generasi muda untuk turut dalam agenda pemajuan kebudayaan.
Dua hal utama yang akan dihasilkan kongres yang berlangsung pada 5-9 Desember 2018 ini adalah Strategi Kebudayaan dan resolusi kongres.
Pada pembukaan KKI 2018, Sekretaris Jenderal Kemendikbud Didik Suhardi menyampaikan bahwa kongres ini bukan sekadar pidato atau penyampaian makalah, lebih dari itu, KKI 2018 adalah sebuah perayaan, penanda kebudayaan sudah memiliki dasar hukum yang kuat.
“Kebudayaan sudah punya dasar hukum yang kuat, yang bisa jadi tonggak, panduan, sehingga kebudayaan Indonesia bisa menunjukkan jati dirinya, (dan) lebih diperkuat lagi,” ujar Didik Suhardi di Jakarta.
Selain menetapkan Strategi Kebudayaan, Kongres Kebudayaan Indonesia ke-100 ini diharapkan dapat menjadi arena belajar melalui ceramah, kuliah umum, debat publik, seni pertunjukan, dan lainnya. Kongres menjadi ajang berharga untuk mengenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada masyarakat luas.
Lebih dari itu, KKI ingin membuka ruang bagi para peserta untuk menginisiasi aksi-aksi kebudayaan yang baru, serta mendorong keterlibatan generasi muda di dalamnya.
”Kita ingin sekali sebetulnya memberi ruang, karena agenda pemajuan kebudayaan ke depan akan ada di tangan anak muda. Bukan hanya karena para pelaku budaya yang senior ini berkurang jumlahnya, tapi juga kita hidup di suatu masa transisi, di mana teknologi digital mengambil peran yang besar di dalam kehidupan sosial kita,” tutur Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid.
“Justru dengan mempertemukan antargenerasi ini dan memberi ruang cukup besar bagi anak-anak muda ini untuk berekspresi. kita berharap koneksi itu muncul lagi, di antara pelaku budaya tradisi dan anak-anak muda,” lanjut Hilmar.
Saat pembukaan Kongres Kebudayaan Indonesia, tercatat peserta yang mendaftar mencapai 2.700 orang peserta. Perwakilan kebudayaan dari 300 kabupaten/kota dari 29 provinsi hadir di Jakarta.
Selama kongres berlangsung, peserta mengikuti berbagai kegiatan menarik, seperti seni pertunjukan dan musik, seni mural dan Kongkow bersama Muralis, Bazaar Kuliner Laut, Pameran Manuskrip, Bahasa, dan Tradisi Lisan, Pemutaran dan Diskusi Film FFI 2018, Demo Memasak dan sebagainya. (sak)