Guna menanggapi perubahan global, Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) kembali menyelenggarakan kongres tahunan.
Kali ini Universitas Airlangga (UNAIR) menjadi tuan rumah Kongres Ke-V yang mengusung tema “Perguruan Tinggi Vokasi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0”.
Hadir tiga pembicara utama, yaitu Dr H Soekarwo SH MH selaku Gubernur Jawa Timur, Dr Ir Mohammad Rudy Salahuddin MEM Deputi IV Kementerian Koordinator Perekonomian RI dan Denni Puspa Purbasari SE MSc PhD selaku Deputi III Staf Kepresidenan RI.
Gubernur Jatim yang akrab disapa Pakde Karwo itu menyampaikan berbagai hal mengenai dinamika pendidikan vokasional di Jawa Timur. Dikatakan laju pertumbuhan pendudukan yang rendah di Jawa Timur mengindikasikan nilai produksi kerja yang lebih tinggi.
Soekarwo juga mengatakan pentingnya memtakan jumlah tenaga kerja dari pendidikan vokasional di Jawa Timur guna menentukan strategi terhadap pendidikan vokasi.
Soekarwo juga menyinggung tentang bonus demografi, yang mana pemanfaatan penduduk di usia produktif harus digerakkan lebih cepat.
“Untuk berbagai kebijakan yang tepat telah mengubah kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur dengan jumlah tenaga kerja yang berasal dari pendidikan vokasi mengalami kenaikan,” kata Pakde Karwo.
Tidak hanya itu, kebijakan untuk pembangunan SDM berdaya saing dan mengoptimalkan pendidikan vokasi di tingkat SMK sudah dimulai sejak tahun 2015.
Hal itu, menurut Pakde Karwo, diwujudkan dalam kebijakan Dual Track Strategy dengan pendidikan non formal melalui SKM Mini, Balai Latihan Kerja, dan Madrasah Diniah.
“Namun hal itu tidak cukup jika masalah kesehatan tidak terselesaikan. Untuk itu, penanganan kesehatan dan gizi terus diupayakan agar segera teratasi. Karena kualitas kesehatan juga menentukan kualitas pendidikan kita,” ujarnya.
Pakde Karwo juga juga menjelaskan kebijakan Dual Track Strategy Pengembangan Pendidikan. Dicontohkan Pendidikan Non Formal SMK MINI yang dikerjasamakan dengan Jerman dan pengembangan BLK yang berstandar internasional.
Dual Track Strategy ini berjalan antara SMK dengan Industri, SMK dengan PTN, SMK dengan mitra di luar negeri, 1 SMK Rujukan dengan 5 SMK Swasta, dan Ekstra Kurikuler di MA.
Sementara kebijakan Double Track di Kurikuler SMA dan MA, siswa dibekali ketrampilan seperti Multimedia, Teknik Elektro, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Listrik, Tata Boga, Tata Busana, dan Kecantikan.
Wakil Dekan 1 Fakultas Vokasi UNAIR dan Ketua Komisi Program Studi Sejenis FPTVI Prof Dr Retna Apsari MSi mengatakan dalam forum itu merupakan perjuangan FPTVI untuk berjuang bersama agar pendidikan vokasi di Universitas, sekolah tinggi dan akademik (UNISTA) mampu mencetak lulusan terampil di industri dan masyarakat.
Menurut UU 12 tahun 2012 pasal 16, Pendidikan vokasi merupakan Pendidikan Tinggi program diploma (Diploma 3 maupun Diploma 4/ Sarjana Terapan) yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan.
Mengingat program vokasi merupakan salah satu jenis pendidikan yang baru dikembangkan tahun 2012 maka seluruh PT yang bergabung dalam FPTVI senantiasa meluruskan perjuangan membentuk sumber daya manusia yang berkarakter TKI (Tangguh, Kreatif dan Inovatif) sehingga memiliki daya saing untuk menjadi pemenang di pasar global.
Usai paparan, agenda dilanjutkan dengan peluncuran serta sosialisasi “Asosiasi Ahli dan Dosen Ilmu Terapan Indonesia (A2DITI)”, sebuah wadah kegiatan bagi dosen Vokasi anggota FPTVI dan pelaku Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Kemudian juga dilanjutkan dengan agenda sidang perbidang dan diteruskan dengan Sidang Pleno. (ita)