Denyut Samarinda Menyusuri Mahakam
JALAN-JALAN PERISTIWA

Denyut Samarinda Menyusuri Mahakam

Samarinda sebagai ibu kota Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, merupakan daerah kaya dengan sumber daya alam. Letak kota yang didirikan pada 21 Januari 1668 itu sekitar tiga jam perjalanan darat dari Balikpapan ke arah timur melewati hutan Bukit Suharto atau sekira satu jam jika melintasi jalan tol Balikpapan-Samarinda.

Hal menarik dari kota berpopulasi sekitar 856.360 jiwa ini adalah lokasinya yang bersisian dengan Mahakam, sungai terpanjang di Bumi Etam, julukan Kaltim. Alirannya berhulu dari kaki Gunung Cemaru di bagian tengah Pulau Kalimantan, mengalir sejauh 980 kilometer dan berakhir di Selat Makassar.

Mahakam juga membelah Samarinda menjadi dua, satunya lagi kerap disebut sebagai Samarinda Seberang. Sungai ini menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Samarinda dan gerbang menuju pedalaman dan belantara Kaltim. Mahakam juga digunakan sebagai jalur transportasi air menuju daerah di seputar Samarinda.

Selain itu, perusahaan-perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di seputar Kaltim menggunakan alirannya untuk lalu lalang puluhan tongkang yang mengangkut ribuan ton emas hitam tersebut setiap harinya. Sungai ini juga menjadi habitat mamalia air tawar yang hampir punah, pesut mahakam (Orcaella brevirostris).

Sungai Mahakam juga menyimpan potensi wisata air yang menarik untuk dikembangkan karena pesonanya. Pasalnya, dari sungai ini kita dapat melihat denyut nadi kehidupan sehari-hari masyarakat Samarinda. Puluhan bangunan bertingkat dan pusat perbelanjaan menjadikan Mahakam sebagai latar bangunan mereka.

Ketika malam menjelang, pantulan gemerlap lampu dari bangunan-bangunan kokoh di tepian Mahakam jatuh ke permukaan air sungai menjadi pemandangan menarik untuk disaksikan. Hal ini yang membuat Pemerintah Kota Samarinda memutuskan untuk meresmikan wisata susur sungai pada 10 Mei 2018.

Mereka menyiapkan sebanyak 6 unit kapal untuk dinaiki wisatawan berlayar menyusuri Mahakam sambil menikmati denyut Samarinda. Kapal-kapal itu dinamai sesuai satwa asli Mahakam, yaitu pesut. Lihat saja penamaannya, ada Pesut kita, Pesut Mahakam, Pesut Etam, Pesut Mahkota, Pesut Bentong 1 dan Pesut Bentong 2.

Setiap kapal kayu ini berlantai dua dan mampu membawa 80-180 penumpang sekali berlayar. Fasilitasnya pun terbilang lengkap karena ada musala, karaoke, kantin, meja, dan kursi. Kapal dilengkapi pula dengan piranti keselamatan seperti jaket keselamatan (life vest), pelampung, ring buoy, kotak P3K, dan alat pemadam api ringan (APAR).

Mengutip dari website Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Kaltim, awalnya rute yang tersedia adalah dari dermaga Pasar Pagi, menyusuri perjalanan ke Tenggarong, Kutai Lama dan Seputar Samarinda. Rute ke Tenggarong ditempuh dengan waktu perjalanan lima jam bolak-balik, ditambah dengan wisata ke Pulau Kemala selama dua jam. Pulau ini letaknya tepat berada di tengah aliran sungai meski aslinya merupakan sebuah delta.

Untuk rute Desa Kutai Lama, perjalanan kapal membutuhkan waktu sekitar tiga jam ditambah dua jam rekreasi di Kutai Lama. Sedangkan rute seputar Samarinda hanya perlu waktu tiga jam saja, yakni dari pukul 17.00 WITA hingga 19.00 WITA, setiap Sabtu dan Minggu. Tentu saja perjalanannya sangat sempurna karena dilakukan sambil menikmati matahari tenggelam.

Untuk melakukan wisata susur Sungai Mahakam ini, penumpang dewasa dikenakan harga tiket sebesar Rp50.000, dan anak usia 5-12 tahun sebesar Rp25.000. Menariknya lagi, kapal-kapal ini juga disewakan untuk acara wisata keluarga dan kegiatan perusahaan.

Selama perjalanan, kita akan ditemani oleh pemandu wisata yang kompeten. Kalau disewa, tarifnya Rp8 juta dengan rute menuju Tenggarong, dan sebesar Rp6 juta jika menuju Kutai Lama. Kalau seputar Samarinda saja, kapal bisa disewa seharga Rp4 juta. Satu lagi, wisata susur sungai hanya ada di hari Sabtu, Minggu, dan libur nasional.

Pemkot Samarinda juga mulai memperbaiki infrastruktur penunjang agar wisata susur sungai makin diminati tidak saja oleh warga lokal, namun juga bagi pengunjung dari luar Samarinda dan Kaltim. Karena itu, dibuatlah sebuah koridor sepanjang 7 kilometer yang dinamai Teras Mahakam.

Tepian sungai ini dipercantik dengan taman. Proyek Teras Mahakam segmen depan Kantor Gubernur Kaltim yang menelan anggaran Rp36 miliar ditargetkan selesai pada tahun 2024 ini. Semula, lokasi Teras Mahakam adalah dermaga kapal susur wisata.

Kini dermaga kapal wisata susur sungai dipusatkan di Pelabuhan Dermaga Mahakam Ilir, berseberangan dengan kawasan Pasar Pagi. “Kami ingin membangun Samarinda menjadi Kota Peradaban, yang paling menarik di antara kota lain,” kata Wali Kota Samarinda Andi Harun seperti dikutip dari Antara.

Selama susur sungai, kita menyaksikan Mahakam tak henti menebarkan pesonanya. Jembatan-jembatan megah membentangi sungai, menjadi saksi bisu modernitas yang bersanding dengan klotok dan juga kapal lainnya.

Samarinda dari sudut pandang sungai adalah mosaik yang memesona. Masjid Agung Darussalam, Islamic Center yang megah, Big Mall yang menjulang, Jembatan Mahkota yang menyala kala senja, hingga bekerlapan sorot warna Jembatan Mahakam nan indah pada malam hari.

Semua berbaur dalam lanskap air Sungai Mahakam yang tak lelah mengalir. Wisatawan akan menyaksikan bagaimana sungai ini menjadi sumber kehidupan, tempat anak-anak bermain, hingga menjadi jalur transportasi yang menghubungkan masyarakat dengan denyut perekonomian kota. (indonesia.go.id)