BPOM Uji Sampel Makanan di Kya-kya
KESEHATAN PERISTIWA

BPOM Uji Sampel Makanan di Kya-kya

Pemkot Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM), telah melakukan pengujian sampel makanan di Kya-kya, Rabu (05/04). Hasil dari pengujian sampling, ditemukan satu makanan berasal dari produk kemasan yang diduga suspek mengandung bahan boraks.

Kepala Dinkes Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, hasil dari pengambilan sampel makanan di Kya-kya belum bisa dipastikan terdapat kandungan boraks atau tidak. Sampai saat ini, hasil sampel produk makanan kemasan yang diduga mengandung boraks itu masih dalam pengujian lebih lanjut oleh BBPOM.

“Dari beberapa sampel yang kami ambil hanya satu yang suspek. Suspek kan artinya masih ada tahap pengujian lebih lanjut dari BBPOM, masih diduga dan kami perdalam lagi,” kata Nanik, Kamis (06/04).

Nanik menegaskan, makanan yang diperiksa sampelnya di Kya-kya kemarin malam oleh BBPOM hasilnya belum pasti positif mengandung bahan boraks. “Jadi belum final untuk hasil pemeriksaanya kemarin,” tegas Nanik.

Nanik meyakinkan, pemkot melalui Dinkes Surabaya berupaya mengawal dan menjaga keamanan pangan, baik yang siap saji dan pangan olahan. Nanik melanjutkan, pangan aman yang dimaksud adalah, pangan yang bebas dari cemaran kimia biologi dan fisik.

“Sedangkan cemaran kimia adalah bahan berbahaya yang dilarang digunakan dalam pangan. Cemaran biologi terjadi jika ada paparan bakteri, jamur, kapang, khamir, di dalam pangan. Sementara itu cemaran fisik yang dimaksud adalah paparan rambut, staples, kerikil, dan sebagainya,” lanjutnya.

Nanik menerangkan, bila ke depannya ada temuan pangan yang mengandung bahan kimia, maka Dinkes dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) serta BBPOM berkolaborasi melakukan upaya mitigasi. Yang pertama adalah Dinkes, DKPP, dan BBPOM, melakukan penyuluhan keamanan pangan masyarakat, terutama kepada produsen Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

Yang kedua, yakni melakukan penyuluhan laik sehat kepada penjamah Makanan. Ketiga, pemeriksaan kesehatan kepada penjamah makanan yang dilakukan secara rutin dan pengambilan sampel pangan siap saji dan olahan secara rutin untuk diperiksa apakah mengandung bahan berbahaya atau tidak.

“Kami juga melakukan pembinaan kepada produsen makanan dan minuman, terkait hasil laboratorium yang positif mengandung bahan berbahaya. Tak hanya itu, tentunya kami melakukan pencabutan izin PIRT yang tidak memenuhi syarat,” jelas Nanik.

Nanik menambahkan, pemkot juga melakukan edukasi kepada masyarakat agar melakukan Cek KLIK (cek kemasan, cek label, cek izin edar, cek kadaluarsa). Cek KLIK merupakan salah satu cara yang dilakukan masyarakat supaya terhindar dari makanan yang berbahaya atau makanan yang tidak memenuhi syarat.

“Dari upaya-upaya tersebut diharapkan pangan yang beredar di Kota Surabaya lebih berkualitas dan kesehatan masyarakat lebih terjaga,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Surabaya, Rustyawati menyatakan, pengambilan sampel makanan kemarin sore di Kya-kya yang dilakukan bersama Dinkes Kota Surabaya hasilnya belum final. Rustyawati menjelaskan, hasil uji cepat pengambilan 30 sampel tersebut, satu yang suspek diduga mengandung boraks.

“Saat ini masih kami teruskan ke laboratorium karena kan itu sampel basah, sehingga harus dikeringkan dulu, dibakar, jadi belum final, dan uji ulang di laboratorium,” kata Rustyawati.

Apabila hasil dari sampel tersebut positif mengandung boraks, maka BBPOM akan menelusuri produk kemasan dari produsen yang digunakan oleh pedagang untuk diperiksa lebih lanjut. “Misalkan, itu produk jadi atau kemasan, nanti kita lihat pabriknya di mana, itu kita lihat dan telusuri lebih lanjut. Kalau produknya berasal dari pabrik luar kota Surabaya, maka akan kami periksa pabriknya,” jelasnya.

Rustyawati menyampaikan, dalam mengawasi pangan bukan hanya tugas BBPOM, ia meminta kepada Pemkot Surabaya melalui Dinkes untuk turut memberikan edukasi kepada pedagang dan UMKM untuk lebih teliti dalam memilih produk kemasan atau bahan baku yang digunakan untuk sajian kuliner.

“Kemarin sudah saya sampaikan hasilnya masih suspek, bahkan kami sampaikan kepada pedagang langsung untuk tidak menggunakan produk yang mengandung bahan-bahan tersebut,” sampainya.

Rustyawati menambahkan, ketidaktahuan pedagang yang menggunakan bahan baku mengandung boraks tentunya akan didampingi oleh BBPOM dan Pemkot Surabaya, agar makanan yang dikonsumsi aman. Secara keseluruhan, imbuhnya, kuliner UMKM yang berada di Kya-kya aman untuk dikonsumsi masyarakat.

“Kemarin sudah saya bilang ke Bu Kadinkes, secara keseluruhan itu (kuliner di Kya-kya) aman, bahkan lebih bagus daripada sentra kuliner lain. Bukan berarti aman semua, tentu yang namanya makanan siap saji pasti ada bahan seperti itu, tapi kecil,” pungkasnya. (ita)