Pemkot Surabaya melalui Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya terus memperkuat pengetahuan dan ketangguhan masyarakat melalui simulasi kebencanaan.
Simulasi itu dilakukan guna melatih kesiapsiagaan masyarakat dalam mengambil sikap maupun tindakan saat menghadapi bencana.
Apalagi pasca Kota Surabaya diguncang gempa sebanyak 3 kali, pada Jumat (22/03) lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa yang terjadi pada siang hingga sore hari itu terjadi di timur laut Tuban, Jawa Timur.
Gempa pertama terjadi pukul 11.22 WIB, dengan kekuatan 6,0 skala richter (SR). Kemudian gempa kembali dirasakan pada pukul 12.31 WIB dengan kekuatan 5,0 SR. Dan terakhir, gempa kembali dirasakan pukul 15.52 WIB dengan kekuatan 6,5 SR.
Kepala BPBD Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro menyampaikan dalam upaya edukasi kebencanaan, BPBD Surabaya rutin menggelar simulasi bencana di lingkungan pendidikan, kesehatan, perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen, rusun, dan masyarakat di perkampungan.
“Pada prinsipnya BPBD mengedukasi kepada siswa PAUD, SD, dan SMP. Lalu puskesmas, rumah sakit, mal, apartemen, hingga rusun. Sedangkan untuk peringatan dini, kita selalu berkoordinasi dengan BMKG,” kata Hebi sapaan lekatnya, Sabtu (23/03).
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Surabaya, Yanu Mardianto mengatakan sebagai upaya mengantisipasi dan menanggulangi jika terjadinya bencana Kota Pahlawan, Surabaya telah membentuk Kelurahan Tangguh Bencana.
“Kita sudah melakukan sosialisasi dan simulasi di 153 kelurahan terkait Kelurahan Tangguh Bencana. Artinya dalam setiap kelurahan sudah ada yang kita latih terkait edukasi kebencanaan, khususnya gempa bumi,” kata Yanu.
Edukasi yang diberikan saat terjadi gempa adalah bagaimana sikap dan tindakan yang harus dilakukan. Sebab, maksimal gempa akan berlangsung selama 10 detik. Warga yang ada di dalam ruangan maupun bangunan bertingkat diminta tetap tenang, sambil melakukan langkah-langkah keselamatan diri. Seperti, berlindung dibawah meja, atau pergi ke sudut bangunan dengan tetap menutup kepala.
“Diharapkan tetap tenang dan waspada. Masyarakat bisa mengikuti perkembangan informasi yang disampaikan oleh BMKG dan Command Center 112 sehingga tidak ada informasi hoax yang beredar di masyarakat untuk menghindari kegaduhan,” ujar dia.
Sedangkan untuk sistem peringatan dini yang ada pada bangunan, masyarakat diminta untuk tidak mengabaikan jika terdengar bunyi sirine maupun tanda yang lainnya. Demikian pula, di lingkungan pendidikan, kesehatan, perkantoran, pusat perbelanjaan, hingga rusun.
“Termasuk anak-anak sekolah sudah kita latih semuanya. Bahkan kita simulasikan bagaimana mereka mengevakuasi, kita berikan contoh kejadian kebencanaan, harapannya mereka memiliki pemahaman. Di sekolah kita sarankan membunyikan lonceng atau bel, dan announcement di ruang guru menginstruksikan agar mereka berlindung dan mengevakuasi,” jelasnya.
Sedangkan di lingkungan masyarakat, BPBD Surabaya telah melatih perwakilan warga di tiap kelurahan. Nantinya, mereka akan menjadi pionir yang dapat menyampaikan ilmu tanggap darurat kebencanaan kepada warga yang lainnya.
“Mereka menjadi pionir untuk memahami kejadian kebencanaan. Artinya ilmu itu bisa disampaikan kepada warga yang lain,” terangnya.
Di samping itu, mengingat Kota Surabaya telah diguncang gempa, Yanu juga mengimbau warga untuk memperhatikan struktur bangunan rumahnya masing-masing. Yakni, perlu atau tidaknya dilakukan pembenahan.
“Mereka harus menilai kontruksi bangunanya, apalagi bagunan yang sudah tua, harus berpikir untuk merenovasi atau merehabilitasi bangunan itu sehingga jika ada kejadian gempa tidak terdampak,” pungkasnya. (ita)