BNI Syariah Dimodali Rp 1 Triliun
EKONOMI BISNIS PERISTIWA

BNI Syariah Dimodali Rp 1 Triliun

Bank siap menyalurkan bantuan modal kepada anak usahanya, yakni BNI Syariah, sebesar Rp1 triliun. Bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekspansi bisnis BNI Syariah.

“Semester kedua (2017) ini suntikannya sekitar Rp 1 triliun, range-nya segitu,” kata Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Rabu (5/7).

Baiquni menekankan, besaran modal yang akan digelontorkan kepada BNI Syariah masih belum pasti. Nilainya masih dikaji kembali. “Dengan peningkatan modal, BNI Syariah diharapkan dapat lebih memacu ekspansi bisnisnya,” tekannya.

BNI Syariah membutuhkan dukungan modal untuk menjaga CAR, yang berpotensi turun 1,5-2%, jika modal atau ekuitas perseroan sebesar Rp 2 triliun seluruhnya digunakan.

“Tambahan modal itu untuk me-maintain tingkat minimum modal sesuai risk appetite kami di kisaran 14%,” kata Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo dalam keterangannya.

Tambahan modal dari induk usaha juga bisa membantu mempercepat upaya perseroan untuk masuk ke kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III, yang mensyaratkan bank memiliki modal inti minimal Rp 5 triliun. Dengan masuk kategori bank BUKU III, BNI Syariah dapat melakukan operasi bisnis perbankan di kawasan Asia.

Hingga kini, modal inti BNI syariah tercatat baru mencapai Rp 2,8 triliun. Sehingga untuk bisa masuk ke kelompok BUKU III dibutuhkan tambahan modal sekitar Rp 2,2 triliun. “Kalau kita untung Rp250 miliar per tahun, untuk mencapai Rp 2 triliun tambahan, berarti memerlukan delapan tahun. Itu terlalu lama,” klaim Firman.

Selain mengandalkan suntikan modal dari induk usaha, BNI Syariah juga sedang mempertimbangkan strategi anorganik, baik melalui kemitraan strategis maupun penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Kini, perseroan masih menjajaki kemungkinan IPO. Jika dimungkinkan, paling cepat tahun depan perseroan siap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Apabila price to book value kita bagus, kita bisa IPO. Alternatif itu terbuka, tetapi kita harus online dan mendapatkan approval dari shareholder kita, yaitu pemilik kita BNI,” pungkas Firman.(ist)