Tiga BUMN, yakni Perumnas, PT KAI, dan PT Adhi Karya, membangun tiga rusun dekat stasiun kereta komuter. Hampir rampung seluruhnya, sebagian besar huniannya pun telah terjual.
Kolaborasi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Menteri BUMN Erick Thohir membuahkan enam tower rumah susun. Lokasinya, persis di samping stasiun kereta komuter Rawa Buntu, Tangerang Selatan (Tangsel).
Untuk menandai tahap akhir pembangunannya, kedua menteri itu naik ke atap Tower Cattleya guna melakukan topping off, yakni pengecoran atap, dengan didampingi Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, Dirut Perum Perumnas Budi Sadewa Sudiro, dan Dirut PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Didiek Hartantyo, pekan lalu.
Rumah susun (rusun) itu memang direncanakan di dekat stasiun, sebagai realisasi hunian berbasis transit oriented development (TOD). Hunian ini didekatkan ke lokasi stasiun kereta komuter untuk memudahkan mobilitas penghuninya yang umumnya adalah para pekerja di seputaran Kota Jakarta. Rusun itu berada di atas tanah PT KAI, yang membangun PT Adhi Karya, dan Perum Perumnas sebagai pengembangnya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, konsep TOD itu juga sejalan dengan Program Sejuta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo sejak 2015, guna memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). “Di Stasiun Rawa Buntu ini ada dua tower khusus untuk MBR, sehingga tidak semuanya untuk komersial,” kata Menteri Basuki.
Ditambahkan Menteri Basuki, rusun berbasis TOD tidak hanya ditujukan untuk integrasi moda transportasi, melainkan juga pada pengembangan kawasan dan kota (urban development), sekaligus untuk pengurangan kawasan kumuh perkotaan. Tanpa ada alternatif hunian, kaum MBR akan selalu terdampar di kawasan kumuh perkotaan.
“Selalu saya promosikan bahwa jika Anda beli rusun TOD, maka beli rumah dapat kereta api. Maksudnya, diantar jemput kereta api. Terjamin transportasinya, apalagi kualitas pelayanan PT KAI semakin meningkat,” tutur Menteri Basuki.
Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan, konsep rusun TOD merupakan sinergi transportasi umum dan pemenuhan kebutuhan hunian.
“Tidak hanya mengurangi beban kemacetan, hunian macam ini juga akan mengurangi beban emisi. Ini menjadi solusi yang baik, sekaligus untuk meningkatkan aktivitas sosial antarpenghuni karena tersedianya fasilitas sosial terpadu seperti sarana olahraga,” katanya.
Lebih jauh, Menteri BUMN menyebutkan, pembangunan rusun TOD merupakan salah satu langkah Perumnas memperbaiki model bisnisnya melalui sinergitas dengan BUMN lainnya, bahkan ke depan didorong kerja sama dengan swasta sebagai sebuah terobosan.
“Program ini harus berjalan tepat waktu, karena setiap tahun kita kekurangan pemenuhan rumah. Bagaimana tanah-tanah milik PT KAI dimanfaatkan untuk rusun TOD. Ini salah satu sinergitas yang sangat baik,” ujar Menteri Erick Thohir.
Direktur Utama Perum Perumnas Budi Sadewa Soediro dalam laporannya mengatakan, rusun TOD Rawa Buntu merupakan salah satu proyek sinergi BUMN. “Rusun ini akan dilengkapi dengan fasilitas olahraga, sarana peribadatan, komunal space, seperti jogging track,” ujarnya.
Sebagai pengembang, Perum Perumnas bakal membangun enam tower rusun TOD, di atas lahan 24.626 m2 di dekat Stasiun Rawa Buntu, Serpong, yang dapat menyediakan 3.632 unit hunian. Pada tahap pertama, dibangun tiga tower untuk 1.816 hunian, yang terdiri dari 330 unit hunian subsidi dan 1.486 unit hunian nonsubsidi. Nama resmi rusun ini ialah Prasada Mahata Rawa Buntu Serpong.
Kerja sama antar-BUMN itu tak hanya membangun TOD di Rawa Buntu untuk mengakomodir MBR. Setidaknya ada di dua lokasi lain, satu berdempetan dengan Stasiun Tanjung Barat, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, dan yang kedua di dekat Stasiun Pondok Cina, Kota Depok.
Rusun TOD Tanjung Barat, nama resminya Prasada Mahata Tanjung Barat, yang dibangun di atas lahan seluas 15.255 m2, dengan dua tower untuk 1.216 hunian. Hunian vertikal yang dibangun sejak 2017 itu sudah hampir selesai seluruhnya. Lebih dari 75 persen hunian yang tersedia sudah terjual.
Adapun Prasada Mahata Margonda, Pondok Cina, dibangun di atas lahan sekitar 27.000 m2, dan akan memiliki 894 unit hunian. Bangunan ini pun hampir rampung dan 70 persen huniannya sudah terjual.
Model hunian vertikat dekat stasiun kereta komuter dan halte light rapid transit (LRT/kereta api ringan) dan mass rapid transit (MRT) itu juga kini banyak ditawarkan oleh sejumlah pengembang swasta. Meski tak diperuntukkan bagi MBR, maraknya hunian “pinggir rel” itu membantu program sejuta rumah yang dicanangkan pemerintah. (indonesia.go.id)