Bayang-Bayang Cedera Lifter Eko
OLAHRAGA PERISTIWA

Bayang-Bayang Cedera Lifter Eko

Lifter Eko Yuli Irawan berhasil memperoleh tiket Olimpiade Paris 2024, namun cedera hamstring membayangi persiapannya. Kesuksesannya meraih perak di Piala Dunia Angkat Besi 2024, di Phuket, Thailand, dibayar dengan cedera kaki kiri.

“Saya sengaja hanya melakukan angkatan pertama Snatch 133 kg dan tidak melanjutkannya untuk angkatan kedua dan ketiga. Begitu juga saat gagal melakukan angkatan pertama 166 kg untuk angkatan Clean and Jerk,” kata Eko Yuli dalam keterangan, Rabu (03/04).

“Apalagi, saya sudah memastikan tiket kelas 61 kg di Olimpiade 2024 Paris. Saya merasakan angkatan kurang sempurna akibat pengaruh cedera kaki kiri yang belum pulih benar dan terlalu berisiko bagi saya untuk memberikan penampilan terbaik,” kata lifter Eko usai meraih perak Piala Dunia Angkat Besi (IWF World Cup) di Phuket, Thailand, Selasa (02/04).

“Cedera kaki kiri memang sudah ditangani tetapi karena padatnya event membuatnya masih terasa. Makanya, saya butuh recovery setelah habis tampil di Piala Dunia Angkat Besi 2024 sehingga bisa menyumbangkan medali bagi Kontingen Indonesia saat tampil di Paris nanti,” kata lifter berusia 34 tahun itu.

Prestasi Eko sejak Olimpiade 2008 Beijing dibayang-bayangi persoalan cedera, bahkan hingga Paris 2024. Saat Olimpiade 2008, Eko membawa medali perunggu dengan dihantui cedera hamstring (otot paha belakang) saat persiapan.

Perjuangan melawan cedera juga dialami Eko saat penampilan di Olimpiade London 2012. Saat itu, Eko berhasil meraih perunggu dengan kondisi tulang kering yang retak.

Berikutnya, Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, lifter 34 tahun ini kembali mengalami masalah di lutut. Namun, lifter asal Metro Lampung tersebut mampu meraih medali perak.

Penampilan terakhirnya di Olimpiade 2020 Tokyo, Eko berhasil mempertahankan capaian peraknya. Padahal, saat itu kondisi dunia saat penyelenggaraan Olimpiade sedang terjangkit Covid-19.

Ketua Umum Komite Olimpiade (NOC) Indonesia mengatakan sudah saatnya Indonesia memiliki pusat pemulihan untuk kebutuhan atlet rawan cedera. Pihaknya menambahkan pusat pemulihan ini elemen penting dalam membantu percepatan pemulihan atlet berbasis sains sport.

“Angkat besi selalu tidak pernah mengecewakan bangsa Indonesia. Selalu menjadi cabor yang tidak pernah absen untuk mengirimkan wakilnya dan selalu menyumbangkan medali di Olimpiade,” kata Ketua Umum Komite Olimpiade (NOC) Indonesia Raja Sapta Oktohari.

“Kebutuhan terhadap pusat pemulihan atlet elite atau elite athletes recovery center sangat mendesak mengingat banyaknya potensi cedera pada atlet unggulan kita. Recovery is part of training (pemulihan bagian dari latihan-red),” kata Okto.

“Saya sudah minta langsung kepada Menpora dan katanya mau dibuat di Cibubur. Dibutuhkan peralatan dan SDM yang sangat profesional agar bisa mencegah dan mengatasi cedera atlet,” katanya. (ist)