Bawal Sakti dari Batam
EKONOMI BISNIS PERISTIWA

Bawal Sakti dari Batam

Setelah berhasil memproduksi benih bawal bintang sirip panjang secara massal sejak 2009, Balai Perikanan Budi Daya Laut (BPBL) Kota Batam kembali berinovasi memproduksi benih bawal bintang hybrid, dengan kondisi yang lebih baik dan unggul.

Bawal hybrid merupakan hasil persilangan antara induk betina bawal bintang sirip pendek (Trachinotus carolinus), selanjutnya disebut sebagai bawal emas (Gold pompano), sesuai penamaan di pasar Internasional—dan bawal bintang sirip panjang (Trachinotus blochi, Lacepode, Silver pompano), selanjutnya disebut sebagai bawal bintang.

BPBL Batam telah memproduksi sekitar 200 ribu ekor benih bawal hybrid pada 2020 untuk memenuhi permintaan benih di Provinsi Kepulauan Riau dan sekitarnya. Saat ini BPBL Batam memiliki 120 ekor induk bawal emas dan 200 ekor calon induk dan induk bawal bintang untuk memproduksi benih bawal hybrid secara massal.

Perlu diketahui, budi daya bawal bintang sangat menguntungkan, dengan harga jual saat ini rata-rata Rp95 ribu per kg dan biaya produksi, seperti pakan, benih, obat-obatan, listrik, tenaga kerja, dan lainnya sebesar Rp55 ribu per kg. Maka, margin yang dapat diperoleh sekitar Rp40 ribu per kg.

Kepala Balai Perikanan Budi Daya Laut Batam, Toha Tusihadi mengatakan, salah satu kelebihan bawal bintang hasil produksi BPBL Batam yakni telah terbukti mampu beradaptasi dengan habitat aslinya di daerah sub tropis ke lingkungan perairan Indonesia. Selain itu, bawal bintang itu juga dapat dikembangkan pada kisaran salinitas (kadar garam terlarut dalam air) cukup lebar antara 19 ppt sampai dengan 34 ppt.

Sedangkan fenotip (ciri khas fisik) bawal emas yang diharapkan akan muncul pada benih turunannya adalah munculnya warna keemasan pada permukaan tubuh ikan, daging yang lebih tebal, serta karakteristik morfologi sirip yang dimilikinya. Berdasarkan penelitian para ahli nutrisi, kandungan omega 3 pada ikan bawal bintang cukup tinggi. Ikan bawal bintang ada dua jenis, yaitu bawal bintang jenis sirip panjang dan bersirip pendek.

Kelebihan lain dari bawal hybrid yang diharapkan muncul adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan bawal emas. Proses hibridisasi ini tentu diharapkan akan mampu memperbaiki performance ikan bawal bintang, baik dari sisi pertumbuhan maupun kualitas produk.

Sehingga dengan kelebihan-kelebihan fenotip itulah, bawal emas tersebut bakal lebih diminati di pasar internasional dibandingkan dengan bawal bintang biasa.

Hibridisasi yang dilakukan oleh BPBL Batam merupakan bentuk upaya pengembangan dan pemanfaatan sumber daya genetik yang dimiliki demi mendukung percepatan pembangunan perikanan budi daya laut. Kini uji multilokasi untuk pengujian performa produksi benih bawal hybrid tengah dilakukan di tiga lokasi selain wilayah Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Riau.

Ketiga lokasi lainnya itu adalah di Balai Besar Perikanan Budi Daya Air Payau Jepara, Balai Besar Perikanan Budi Daya Laut Lampung, dan Balai Perikanan Air Laut dan Payau Kotabaru Kalimantan Selatan.

Pengembangan budi daya bawal ini sejalan dengan visi Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yaitu fokus menggenjot produksi ikan budi daya laut.

“Saya mengusulkan kepada Bapak Menteri Trenggono, benih bawal bintang hybrid ini nantinya diberi nama bawal sakti. Akan segera dibuatkan naskah akademiknya dan diusulkan kepada Kepala BRSDM KP untuk dilakukan pengujian terhadap komoditas tersebut,” papar Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto,

Peluang pasar ikan bawal bintang juga cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor. Oleh karena itu, Slamet menilai, upaya pengembangan usaha budi daya bawal bintang masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha.

Saat melakukan kunjungan kerja di BPBL Batam, Menteri Trenggono menyebut Indonesia mempunyai berbagai macam sumber daya ikan laut, salah satunya jenis ikan bawal bintang. Salah satu upaya untuk pemenuhan produksi ikan laut Indonesia adalah dengan kegiatan budi daya.

Apresiasi juga diberikan Menteri Trenggono kepada BPBL Batam yang berhasil mengembangkan inovasi budi daya ikan laut yang kelak dinamai bawal sakti itu. “Perikanan budi daya mendapat perhatian dari Bapak Presiden Joko Widodo. Dan KKP mendapat mandat untuk mengoptimalkan potensi produksi perikanan budi daya itu,” jelas Menteri Trenggono.

Menteri Trenggono mendorong unit pelaksana teknis untuk terus melakukan inovasi teknologi seperti mengembangkan benih unggul sebagai basis untuk meningkatkan produksi budi daya berbagai komoditas sektor kelautan dan perikanan. Itulah sebabnya memang benih unggul yang diharapkan adalah benih dengan pertumbuhan cepat, adaptif lingkungan, serta dapat meningkatkan produksi secara signifikan. (indonesia.go.id)