Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) belakangan ini kerap mendapat serangan negatif dan fitnah. Terlebih di media sosial, Ansor dan Banser sering mendapat sasaran bully.
Meski demikian, simpati terhadap Ansor dan Banser juga terus mengalir. Salah satunya elemen masyarakat yang mengatasnamakan Barisan Kebangsaan se-Jawa Timur.
Barisan Kebangsaan menyatakan komitmennya mendukung Ansor beserta Banser dengan segala sikapnya menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Sebagai sesama anak bangsa, kami menyampaikan simpati dan dukungan moril kepada saudara Ansor serta Banser,” ujar Koordinator Barisan Kebangsaan Jatim, Heri Purwanto, di sela pertemuan dengan pimpinan GP Ansor Jatim, di kantor PW GP Ansor Jatim, Jumat (16/11).
Menurut dia, sikap Ansor yang menjaga NKRI secara teguh dan komitmennya merawat perbedaan serta keberagaman membuatnya semakin yakin untuk bergerak bersama.
“Kami sampaikan, Ansor dan Banser tidaklah sendirian dalam komitmennya pada soal kebangsaan dan kenegaraan. Kami tidak hanya dalam tindakan, Insya Allah juga dalam sikap dan tindakan,” ucap mantan anggota DPRD Jatim ini.
Ke depan, kata dia, diharapkan Ansor, Banser, dan Barisan Kebangsaan segera bergotong-royong menjalankan agenda-agenda konkret dalam memperkuat wawasan kebangsaan, sekaligus membentengi NKRI dari kegiatan yang merongrong keberadaannya.
Di tempat sama, Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jatim Solahul ‘Am Notobuwono berterima kasih dan mengapresiasi Barisan Kebangsaan yang memberikan dukungan moril sehingga menjadikan penyemangat untuk tetap berkomitmen menjaga NKRI.
“Mari bersama-sama menjaga bangsa ini. Jangan biarkan kami sendirian merawat perbedaan dan keberagaman demi tegaknya NKRI,” kata Gus Aam, sapan akrabnya.
Sementara itu, pada pertemuan tersebut dilakukan makan bubur tradisional Madura dengan wadah daun pisang dan sendok suru yang merupakan simbol kebersamaan antara Bani Soekarno dan Bani Hasyim.
Makan bubur bersama dengan lesehan dimaksudkan untuk menarik sejarah kebersamaan antara Soekarnois dan kalangan Nahdliyyin memperjuangkan kemerdekaan di masa lalu.
“Mbubur ini tradisi bagus, bukan sekadar bersama tapi ada makna persatuan dan kebersamaan di dalamnya,” imbuh pria asal Jombang tersebut. (ist)