Kabupaten Banyuwangi ditunjuk Kementerian Pariwisata untuk mewakili Indonesia dalam kompetisi Kota Wisata Bersih tingkat ASEAN (ASEAN Clean Tourist City Award – ACTC) 2017.
Dalam kompetisi tersebut, destinasi wisata Banyuwangi akan bersaing dengan kota lain di Asia Tenggara untuk meraih penghargaan tertinggi bidang pariwisata di tingkat ASEAN tersebut.
“Ini kebanggaan sekaligus tugas berat bagi kami sebagai salah satu wakil Indonesia dalam kompetisi wisata bersih se-Asia Tenggara. Meskipun tergolong pemain baru di bidang pariwisata, kami terus berupaya membenahi destinasi wisata kami, terutama kebersihannya,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi.
Ia mengatakan Banyuwangi terpilih sebagai nominator kota wisata bersih karena sektor pariwisata di kabupaten berjuluk “The Sunrise of Java” itu terus bergeliat dengan mengusung konsep ekoturisme.
Banyuwangi berhasil mengembangkan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya, dan ekonomi masyarakat lokal.
Selain itu, lanjutnya, Banyuwangi lima kali berturut-turut meraih Adipura, lambang supremasi kebersihan kota di Indonesia karena pariwisata tidak dapat dipisahkan dari faktor kebersihan lingkungan.
“Kalau lingkungan kotor, mustahil wisatawan akan masuk, sehingga kami selalu mendorong masyarakat untuk menjaga kebersihan, termasuk di tempat-tempat wisata. Bahkan tiga tahun terakhir, kami terus menggelar festival toilet bersih sebagai bentuk kampanye kebersihan kami,” tuturnya.
Sementara Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pariwisata MY. Bramuda mengatakan sejumlah objek wisata Banyuwangi akan bersaing dengan ratusan objek wisata lain di Asia Tenggara, sehingga wisata bahari Bangsring Undewater di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo dan Grand New Watudodol (GWD), Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro yang dipilih untuk mengikuti kompetisi ACTC Award 2017.
“Dua objek itu kami pilih karena pengelolanya memiliki visi yang sama dalam masalah kebersihan. Contohnya wisata Bangsring, secara periodik mereka mengajak masyarakat di sekitar lokasinya untuk kerja bakti membersihkan sampah lewat pengeras suara, terutama saat pengunjung ramai. Ini juga sebagai edukasi ke pengunjung agar tidak membuang sampah sembarangan,” tuturnya.
Pengelola wisata Bangsring Underwater yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Samudra Bhakti pada tahun 2017 berhasil meraih penghargaan Kalpataru bidang penyelamat lingkungan karena kelompok nelayan itu dinilai sebagai pelopor dalam konvervasi laut, kemudian berhasil mengubah perilaku dan budaya tangkap ikan para nelayan.
“Saat ini, kawasan perairan Pantai Bangsring yang menjadi basis kelompok nelayan itu telah menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Banyuwangi,” katanya.
Ia mengatakan penilaian kota wisata bersih itu didasarkan pada tujuh indikator yakni pengelolaan lingkungan, kebersihan, pengelolaan limbah, dan pembangunan kesadaran mengenai perlindungan lingkungan dan kebersihan, kemudian tersedianya ruang hijau, keselamatan, kesehatan, dan keamanan perkotaan, serta infrastruktur dan fasilitas pariwisata.
“Lomba kota wisata bersih ASEAN tidak hanya fokus pada masalah sampah, namun juga masalah penunjang wisata lainnya di antaranya tata ruang kota yang rapi, pencegahan polusi, serta bebas dari gelandangan/pengemis,” ujarnya, menambahkan. (ist)