Anak Penjual Mainan Sempurna Masuk UGM
PERISTIWA PROFIL

Anak Penjual Mainan Sempurna Masuk UGM

Sosok pemuda berkacamata melangkah keluar dari rumah sederhana beradat Jawa di Desa Wirogunan RT 02/03, Kartosuro, Sukoharjo itu. Ia berperawakan kurus dan berkulit sawo matang. Dengan sopan ia menyambut kedatangan tamu yang menunggunya di teras rumah.

“Ibu masih berjualan di SD. Mohon ditunggu,” ucapnya lirih sembari mempersilakan tamunya duduk di ruang tamu.

Di ruang tamu, pemuda bernama Ananda Hafidh Rifai Kusnanto (17) itu ditemani bibinya, sang empunya ruangan tersebut. Sementara rumah asli sang pemuda berada tepat di sebelahnya. Ketika para tamunya, termasuk tim Humas UGM, datang pada Jumat (17/5) siang, ia sedang sendirian di rumah.

Ananda bercerita bahwa sang Ibu, Supadmi (50), saban pagi berjualan mainan di SDN 03/04 Pucangan, sekitar tiga kilometer dari rumahnya. Sang ayah telah berpulang tiga tahun lalu.

Sementara itu, ketiga adiknya, dua perempuan dan satu laki-laki, sedang bersekolah. Adiknya yang tertua berada di kelas 11 SMA, dan dua lainnya bersekolah di SD yang sama tempat ibunya berjualan.

Sementara dirinya kini sedang libur setelah merampungkan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dan secara resmi diterima melalui jalur undangan di Jurusan Teknik Elektro UGM.

Kesibukan Ananda kini hanya menunggu tahun ajaran baru kuliah dimulai dan belajar untuk mempersiapkan seleksi nasional Olimpiade Astronomi. Jika lolos seleksi, ia nantinya berkesempatan mengikuti perlombaan pada tingkat internasional di Hungaria pada Agustus mendatang.

Usut punya usut, nama Ananda belakangan ini ternyata sedang menjadi buah bibir di media daring. Hal itu bukan karena keikutsertaannya pada Olimpiade Astronomi tadi, melainkan berkat nilai sempurna yang ia raih dalam UNBK lalu.

Dari keempat mata pelajaran yang diujikan, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, Kimia, dan Bahasa Inggris, ia mendapat nilai rata-rata sempurna, yakni 100.

Para wartawan berbondong-bondong untuk mendengar tanggapan siswa SMAN 4 Surakarta itu. Berbagai kalangan juga turut berkomentar atas capaian Ananda, salah satunya Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah itu menyanjung Ananda dengan pujian tinggi.

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu media di Solo, Ganjar menyebut bahwa prestasi Ananda ini bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi para siswa di Indonesia, khususnya Jawa Tengah agar kian bersemangat dalam belajar. Selain itu, selaku ketua PP KAGAMA, ia juga menawarkan beasiswa dari KAGAMA virtual kepada Ananda.

Ketika mendengar raihannya itu, Ananda mengaku terkejut. Walaupun banyak pihak yang sudah mengakui kemampuan akademisnya, meraih nilai sempurna dalam UNBK, menurutnya, adalah sesuatu yang di luar dugaan.

Tidak ada trik khusus yang dilakukan Ananda selama ini. Seperti yang selalu dijelaskannya kepada para wartawan, ia sama sekali tidak pernah mengikuti bimbingan selain yang diberikan sekolah.

Hal itu karena dirinya sadar jika ibundanya tidak memiliki cukup uang. Saban hari, ia hanya belajar secukupnya dengan buku pelajaran dan latihan soal yang disediakan sekolahnya. “Dengan usaha dan doa yang tekun, syukur bisa mendapat hasil yang maksimal,” terangnya.

Soal diterima di UGM melalui jalur undangan, untuk hal ini Ananda mengaku tidak terlalu terkejut. Pasalnya, jalur ini mengandalkan nilai rapor. Ia percaya diri akan lolos jika melihat peringkatnya yang selalu stabil masuk sepuluh besar kelas selama ini, belum lagi ditambah sertifikat medali perak Olimpiade Astronomi yang diraihnya saat kelas 10.

“Saya yakin akan diterima, makanya hanya memasukan satu dari dua pilihan yang tersedia saat pendaftaran SNMPTN,” ujarnya sembari berkelakar.

Supadmi, yang turut nimbrung dalam percakapan sepulang dari berjualan, juga merasa tidak kaget atas kabar anaknya diterima di UGM. Hal yang lebih mengagetkan baginya adalah pemilihan jurusan Ananda. Pasalnya, ia melihat pilihan itu tidak sesuai dengan bidang yang ditekuni Ananda selama ini, yakni Astronomi.

Akan tetapi, Supadmi bercerita pilihan itu ternyata diambil atas saran dari paman Ananda yang juga kakak kandungnya. “Kakak saya menyarankan Ananda untuk memilih jurusan itu jika tidak ingin menganggur setelah lulus. Hal itu karena pengalaman beliau sendiri sebagai lulusan Pertanian UGM,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Supadmi, anaknya ternyata juga memiliki gagasan tersendiri yang ingin diwujudkan ketika nanti berkuliah di jurusan itu.

“Sekali waktu Ananda pernah bercerita saat mempelajari Astronomi di SMA, ia menyadari tentang energi surya sebagai sumber daya alternatif. Dengan masuk Teknik Elektro ingin belajar membuat mesin yang bisa mewujudkan gagasan itu,” paparnya.

Hal yang sebenarnya sempat dikhawatirkan Supadmi ketika anaknya diterima kuliah adalah masalah biaya. Meskipun anaknya diterima dengan status mahasiswa Bidikmisi, ia tetap merasa belum cukup untuk menutupi seluruh biaya hidup selama berkuliah.

“Utamanya yang paling khawatir adalah masalah tempat tinggal. Saya dengar untuk kos paling murah di sana mencapai Rp500 ribu per bulannya,” keluhnya.

Namun, kekhawatiran Supadmi sirna setelah anaknya menjadi sorotan publik karena raihannya tadi. Ia akhirnya bisa bernafas dengan lega karena banyak tawaran bantuan berdatangan dari berbagai pihak, dari beasiswa hingga tempat tinggal, datang kepada anaknya.

“Saya menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya atas kepedulian kepada Ananda. Semoga kelak ia bisa sukses sehingga bisa membanggakan bangsa dan memperbaiki kehidupan keluarga,” pungkasnya. (ugm)