Mahasiswa Arsitektur UGM, Alfian Reza Almadjid, meraih Gold Award kategori Architecture dan Alumni’s Choice Award di final kompetisi desain Asian Young Designer Award (AYDA) 2017 pada 19 Januari silam. Dalam kompetisi ini, ia mengikutsertakan desain yang juga merupakan tugas akhirnya, yaitu konsep sawah tengah kota yang diberi nama Pixellate farm.
“Latar belakang saya membuat desain ini karena saat ini banyak alih fungsi lahan dan sawah semakin tergerus maka saya ingin mencoba untuk membawa sawah itu ke tengah-tengah kota,” ujar Alfian seperti dirilis Humas UGM, pekan lalu.
Alfian menambahkan, desain ini juga dibuat untuk mempopulerkan konsep urban farming yang bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pertanian bagi masyarakat perkotaan. Meski konsep pertanian modern ini tidak sulit untuk diwujudkan, masyarakat perkotaan, menurutnya, belum cukup memiliki kesadaran serta perhatian akan pentingnya memiliki lahan hijau.
“Saat ini memang kurang ada awareness. Karena itu melalui desain ini saya ingin mendekatkan pertanian kepada masyarakat di kota dan memicu mereka untuk ikut terlibat dalam hal ini,” tuturnya.
Desain akhir yang ia ikut sertakan dalam kompetisi ini ia buat melalui masa riset selama 2 bulan serta pembuatan desain selama 4 bulan. Selain menampilkan bentuk sawah yang ditata secara modern dalam bentuk piksel, ia juga menambahkan elemen lain seperti museum dan research center.
Konsepnya yang futuristik dan menjawab persoalan yang ada di era millenial membawanya untuk menjuarai kompetisi ini dengan mengalahkan 513 pendaftar, 6 di antaranya lolos ke babak final untuk mempresentasikan desain mereka di hadapan dewan juri.
“Sebenarnya ada yang bentuknya lebih bagus. Tapi mungkin secara konsep saya bisa unggul karena mengusung sesuatu yang futuristik dan interaktif,” imbuhnya.
Meski baru sebatas konsep, ia percaya bahwa dengan kemajuan teknologi dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, desain yang ia buat bisa saja benar-benar diwujudkan. Meski demikian, ia mengakui bahwa untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan riset yang lebih mendalam yang melibatkan peneliti dalam bidang-bidang lain, khususnya pertanian.
“Kalau mau benar-benar dibuat sih bisa, tapi arsitek tidak mungkin bekerja sendiri,” kata Alfian.
AYDA sendiri merupakan sebuah kompetisi yang diselenggarakan oleh Nippon Paint sebagai ajang pemberian pengakuan kepada desainer muda berbakat. Dalam kompetisi ini, peserta wajib memasukkan desain ramah lingkungan dalam proyek mereka. Dengan demikian, konsep desain hijau dapat diwujudkan, seluruh material ramah lingkungan dan sistem efisiensi energi dinyatakan secara jelas oleh para pemenang.
Selain Alfian, dosen pembimbingnya Kurnia Widiastuti ST MT turut meraih juara untuk kategori Best Lecturer atau pembimbing terbaik dalam AYDA. Dalam bulan Maret mendatang, Alfian akan membawa desainnya tersebut untuk berkompetisi pada ajang AYDA di tingkat Regional yang akan diselenggarakan di Malaysia. (sak)