Putra calon presiden (capres) Ganjar Pranowo, Muhammad Zinedine Alam Ganjar mengunjungi Museum Tumurun di Solo, Jawa Tengah. Museum tersebut hadir di jantung kota Surakarta, untuk mempromosikan akses yang mudah bagi semua orang dari semua lapisan masyarakat.
Alam Ganjar datang bersama mahasiswa, untuk melihat secara langsung bagaimana karya dari maestro seniman dipajang. “Aku emang suka banget sama karya seni dan Tumurun ini jadi salah satu yang aku pengen dan bener orang museum ini karyanya gak ada obat,” kata Alam Ganjar, Kamis (28/12).
Tumurun sendiri berasal dari ungkapan ‘turun temurun’ yang berarti mewariskan sesuatu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bertindak sebagai lensa ke dalam warisan dan lanskap artistik Indonesia yang dinamis.
Alam menjelaskan, Museum Tumurun didirikan untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan seni di Solo dan sekitarnya, serta menciptakan diskusi antara seni Indonesia dan internasional, sekaligus menjembatani kesenjangan antara generasi yang berbeda.
Karena itu, Alam mengaku kunjungannya bersama mahasiswa Institusi Seni Indonesia (ISI) tersebut dirasa tepat. Sebab, melalui kegiatan tersebut dirinya bisa melihat landscape seni dari kacamata seorang institusi akademik.
Sebab, saat ini layar-layar gawai mengambil alih hidup banyak kaum muda. Padahal, Museum Tumurun mendorong pengunjung untuk melihat karya seni dalam bentuk fisiknya, menyegarkan gagasan untuk menikmati seni melalui mata kita sendiri.
“Aku pengen liat prespektif mereka, bagaimana seorang seniman ke depannya ingin berkarya seperti apa dan juga yang selalu aku tanya bagaimana mereka bisa mendemokratisasi seni dan hal itu secara akses bisa dikonsumsi oleh banyak orang secara aktif,” ungkap Alam.
Dia mengutarakan, Museum Tumurun melambangkan gagasan beradaptasi dengan dunia yang terus berubah, sangat percaya pada harapan untuk bertindak sebagai jendela wawasan bagi semua yang ingin belajar lebih banyak tentang dunia seni.
“Karya seninya menurutku luar biasa, ini semua seniman hebat tapi ada satu premis yang aku suka adalah ini tuh terjait konsepnya karena geografis, mayoritas seniman dari Bandung dan Jogjakarta dengan karakter beranekaragam, karya seninya tuh kerasa,” pungkas Alam.
Museum Tumurun kerap kali menyelenggarakan pameran khusus dua kali dalam setahun, menampilkan karya seniman dari seluruh dunia. Pameran-pameran ini bertujuan untuk menjaga agar museum tetap menarik dan progresif, memastikan perspektif baru tentang komunitas seni, sekaligus memberikan wadah bagi seniman dan pengunjung untuk memulai atau melanjutkan perjalanan mereka di dunia seni. (gp)