Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak para seniman dan budawayan untuk membangitkan kembali budaya adiluhung bangsa. Budaya yang membawa nilai-nilai keluhuran, seperti kesantunan, dan keluhuran.
“Saya harap para seniman dan budayawan akan memanggil memori dari sensitifitas rasa tentang kesantunan dan keluhuran, yang dulu disebut budaya adiluhung,” kata Khofifah usai Pemberian Tali Asih Seniman Berprestasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2019 di Gedung Graha Wisata Disbudpar Prov. Jatim, Selasa (28/5) sore.
Gubernur Khofifah mengatakan, pentingnya membangkitkan budaya adiluhung ini, karena dirinya bermusahabah dan melihat perjalanan bangsa, khususnya dalam sepuluh bulan terakhir, dan lebih khusus lagi kondisi saat bangsa ini menggelar pesta demokrasi terakbar, yakni pemilu Tahun 2019.
“Pilpres sudah selesai, sekarang proses di MK, tetapi sebagai sebuah bangsa, ada kalimat-kalimat yang sangat sarkas dan jauh dari kesantunan, serta keluhuran. Kata-kata itu ditujukan kepada orang yang mestinya kita hormati, yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan,” katanya seraya menambahkan, kata-kata itu diucapkan baik secara lisan, maupun lewat berbagai media.
Karena itu, lanjut orang nomor satu di Jatim ini, sudah saatnya bagi seluruh pihak, termasuk seniman dan budayawan untuk membangkitkan kembali budaya adiluhung bangsa.
Salah satu caranya, dengan memberikan sentuhan rasa, hati, dan pikiran pada produk-produk seni. Sentuhan tersebut akan menunjukkan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang menjaga kesantunan.
“Proses ketidaksantunan yang sangat vulgar dalam pilpres kemarin bisa segera kita siram jika seniman dan budayawan bersama-sama melakukannya,” ujarnya sembari mengimbuhkan, yang harus disiram adalah sifat individualisme, dan eksklusifitas. Sebab, hidup ini seharusnya dibangun dengan inklusivitas.
“Mari kita bangun kehidupan yang ramah, bukan yang marah-marah. Mari kita saling merangkul, bukan memukul. Nilai-nilai adiluhung seperti itu, saya rasa ada diantara para seniman dan budayawan semua. Mari kita bangun kehidupan yang memiliki sensitivitas rasa, jangan sampai mati rasa,” lanjut gubernur wanita pertama di Jatim ini.
Membangun budaya adiluhung, imbuh Khofifah, merupakan salah satu misi yang diusung dalam Nawa Bhakti Satya, khususnya Jatim Harmoni.
Tujuannya adalah membangun partnership diantara kemajemukan yang ada, yang dilakukan secara bersama-sama, sehingga tercapai kehidupan yang harmonis.
“Jadi yang sama tidak usah dibeda-bedakan, dan yang beda, tidak perlu dipaksa untuk disamakan. Sebab, perbedaan menjadi sumber syukurnya nikmat kita. Allah SWT menciptakan bangsa ini beragam-ragam suku, agama, tradisi dan isi hati,” katanya.
Usai memberikan tali asih kepada para seniman dan budayawan, Gubernur Khofifah berkesempatan melihat berbagai hasil karya seni yang dipamerkan di depan gedung, seperti lukisan cat minyak, dan produk tas yang dilukis dengan indah. Karya-karya tersebut mendapat pujian dari Khofifah.
“Ini sangat indah, karena itu saya menyebut seni dan budaya itu borderless, orang senang melihat lukisan, tanpa melihat lukisan ini darimana? Siapa yang melukis? Tapi hatinya ada di lukisan itu, jadi seni dan budaya ini menyambung rasa dan hati. Dimanapun di dunia, dia bisa dipersatukan oleh produk seni dan budaya,” pungkasnya.
Dalam kesempatan ini, Gubernur Khofifah menyerahkan tali asih secara simbolis kepada sepuluh seniman dan budayawan berupa uang tunai masing-masing sebesar Rp 1,5juta serta tas berisi berbagai bahan pokok.
Khofifah juga memberikan santunan kepada sepuluh anak yatim berupa uang tunai, tas, dan perlengkapan sekolah.
Hadir dalam kesempatan ini, sekitar 500 seniman dan budayawan se-Jatim, para praktisi seni dan budaya di Jatim, para pimpinan OPD di lingkup Pemprov Jatim, serta wartawan dari berbagai media. (ita)