Memasuki tahun 2018, Banyuwangi merilis ‘Top 77 Calender of Event Banyuwangi Indonesia Festival 2018’ di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), awal bulan ini.
Berbagai acara tersebut akan menjadi wisata atraktif yang mengeksplorasi seni budaya, keindahan alam, olahraga hingga beragam potensi daerah yang bisa jadi pilihan menarik untuk wisatawan.
Calender of Event tersebut dilaunching langsung oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Menpar mengapresiasi konsistensi Banyuwangi yang aktif mengemas acara dalam rangka mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Banyuwangi, tiap tahunnya.
“Banyuwangi jadi kota kecil yang diambil paling banyak event-nya buat jadi 100 event terbaik Indonesia. Dua masuk top 100, dan satu masuk top 10 yaitu Banyuwang Etno Carnival,” tuturnya saat pidato pembukaan acara.
Anas mengatakan 77 acara tersebut diharapkan akan mendongkrak kunjungan pariwisata di Kota Banyuwangi. Selain itu juga untuk mendukung program Kemenpar Visit Indonesia Wonderfull Indonesia, dengan target 17 juta wisatawan mancanegara di 2018.
Menurutnya agenda Banyuwangi Festival yang telah digelar rutin sejak 2012 bisa menjadi panduan bagi wisatawan yang ingin menikmati beragam potensi wisata Banyuwangi.
”Banyuwangi Festival kami yakini sebagai cara ampuh untuk meningkatkan awareness orang pada Banyuwangi. Dan sudah terbukti, banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara menikmati aneka atraksi wisata di Banyuwangi Festival,” kata Anas.
Ia juga menambahkan, Banyuwangi Festival tahun ini lebih istimewa dengan berbagai atraksi wisata baru berbasis potensi dan kearifan lokal.
Atraksi primadona wisatawan juga bakal dikemas lebih menarik, seperti Festival Banyuwangi Kuliner dan Art Week (12-15 April), Jazz Pantai Banyuwangi, (12-13 Mei), Banyuwangi Ethno Carnival (29 Juli), Ijen Summer Jazz (22 September), dan Festival Gandrung Sewu (20 Oktober).
Sejumlah atraksi baru dihadirkan, seperti Festival Tahu-Tempe (9-13 Februari) untuk memperkenalkan kampung pembuatan tahu dan tempe di Banyuwangi dan Festival Imlek yang akan menampilkan tradisi khas warga Tionghoa (17 Maret).
Selain itu, ada Festival Karya Tari (31 Maret), Fishing Festival (7 April), Festival Cokelat (12 Mei), dan Festival Kuntulan (3-6 Oktober).
“Atraksi-atraksi baru kami harapkan semakin memperkaya dan memperkuat posisi Banyuwangi dalam peta persaingan pariwisata. Seperti Fishing Festival, akan kami padukan dengan paket-paket wisata memancing yang kini sedang tren. Juga Festival Cokelat untuk mengangkat kakao kami yang sudah rutin diekspor ke berbagai negara,” kata Anas.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MY Bramuda menambahkan, pendekatan sport tourism tetap mewarnai pergelaran Banyuwangi Festival 2018. Mulai dari Banyuwangi Underwater Festival (4-6 April), International Ijen Green Run (8 April), Banyuwangi International BMX (30 Juni), dan Tour de Ijen (26-29 September).
”Khusus sport tourism ini memang kami mengambil pasar yang sangat segmented, tak banyak tergarap daerah lain. Secara konsisten ini mulai membuahkan hasil, di mana komunitas-komunitas BMX se-Indonesia, misalnya, rutin berlatih di Banyuwangi karena kami punya sirkut berstandar internasional,” ujarnya di sela acara Bramuda.
Ada juga berbagai atraksi fesyen, seperti Green and Recycle Fashion Week (24 Maret), Banyuwangi Fashion Festival (14 Juli), Banyuwangi Batik Festival (17 November), dan Festival Kebaya (5 Desember).
“Kini aja juga festival untuk menumbuhkan empati sosial masyarakat seperti Festival Anak Berkebutuhan Khusus (10 Februari) dan Festival Anak Yatim (13-15 September),” tutup Bramuda. (ist)