Semarang tidak hanya dikenal karena bangunan legendaris Lawang Sewu, melainkan juga ikon lain yang tak kalah memukau, yakni Gereja Blenduk, yang terletak di jantung Kota Lama.
Kawasan itu sendiri dulunya disebut “Little Netherlands”. Di situ, terdapat sejumlah warisan arsitektur kolonial yang megah dan atmosfer yang membawa pengunjung seakan melintasi lorong waktu.
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Semarang atau dikenal dengan Gereja Blenduk, dengan kubah besarnya yang khas, bukan sekadar bangunan tua. Gereja itu merupakan simbol keteguhan dan saksi bisu perjalanan panjang sejarah Semarang.
Di tengah geliat revitalisasi Kota Lama yang dilaksanakan Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah Direktorat Jenderal Cipta Karya, gereja tersebut tetap berdiri anggun dan memikat siapa pun yang melangkah masuk ke dalam atmosfer masa silam yang penuh cerita.
Sebagai informasi, rehabilitasi Gereja Blenduk mulai dikerjakan sejak 8 Mei 2024 dan sesuai kontrak, selesai pada 31 Desember 2024 dengan progres konstruksi saat ini 71%.
Pekerjaan rehabilitasi ini menggunakan biaya APBN senilai Rp26,2 miliar yang digunakan untuk rehabilitasi bangunan tambur dan menara, pekerjaan atap kubah dan cupola, portico dan rumah lonceng, pekerjaan ME (CCTV, genset, tata suara, tata udara, penerangan, fire alarm), serta pekerjaan lansekap, drainase dan toilet.
Sebelumnya, Gereja Blenduk yang berdiri tepat di Jl Letjen Suprapto nomor 32, Kota Semarang, pernah direvitalisasi sebanyak dua kali. Yakni, pada 1895 dan 2003. Selain sebagai tempat peribadatan, Gereja Blenduk juga menjadi salah satu objek wisata religi sekaligus sejarah di Kota Semarang.
Proses revitalisasi ketiga yang tengah berjalan kali ini mendapat perhatian khusus Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti. Saat berkunjung ke Kota Lama pada Ahad, 10 November 2024, Diana menegaskan pentingnya percepatan proyek ini, dengan harapan agar semua selesai sebelum Natal 2024.
“Kita ingin Kota Lama ini kembali hidup sebagai pusat budaya dan wisata. Bukan sekadar bangunan mati, yang hanya menampung cerita masa lampau,” ujarnya optimis.
Dia juga berharap, akhir tahun nanti, kawasan tersebut bisa menyambut para pengunjung dengan wajah baru tanpa kehilangan pesona masa lalunya.
Ikon Abadi
Berdiri sejak 1753, gereja ini adalah gereja tertua di Jawa Tengah yang masih digunakan untuk kebaktian. Bentuk kubahnya yang unik–sebab itulah ia dijuluki “Blenduk” oleh masyarakat setempat–menjadi daya tarik tersendiri.
Kubah ini bukan hanya simbol kemegahan gereja, melainkan juga menandai perjalanan panjang tempat ibadah ini yang telah melampaui berbagai zaman, mulai dari masa kolonial hingga kini.
Begitu memasuki gereja, pengunjung disambut oleh arsitektur bergaya neoklasik yang elegan. Pilar-pilar tinggi, dinding bercat putih, serta kaca patri berwarna-warni menciptakan suasana sakral yang memukau.
Setiap sudut gereja ini seolah menyimpan keheningan sekaligus kekuatan spiritual yang mendalam. Di bawah kubah besar yang menjulang, jemaat berkumpul, membawa doa dan harapan mereka seperti yang telah dilakukan oleh generasi demi generasi.
Kejayaan Masa Silam
Menurut Wamen Diana, keputusan pemerintah untuk melakukan revitalisasi di kawasan Kota Lama tidak hanya untuk menjaga kelestarian bangunan bersejarah. Pemerintah berharap, langkah itu juga akan memberi kehidupan baru pada kawasan yang pernah menjadi pusat perdagangan di Semarang ini.
Dalam keterangan tertulis yang disimak redaksi www.indonesia.go.id, Diana Kusumastuti menyampaikan bahwa revitalisasi Kota Lama Semarang akan mencakup perbaikan infrastruktur jalan, penataan taman, hingga penerangan yang akan mempercantik setiap sudut kawasan ini, termasuk Gereja Blenduk.
“Kami ingin kawasan ini dapat dinikmati masyarakat dengan lebih nyaman dan aman, terlebih menjelang perayaan Natal di bulan Desember mendatang,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Wamen Diana juga meninjau pekerjaan penataan ruang terbuka di kawasan pusaka Kota Lama Semarang yang berada tidak jauh dari Gereja Blenduk, tepatnya di Jalan Kampung Sleko. Pekerjaan berupa pembangunan plaza promenade, pedestrian, lampu penerangan, mushola, kursi taman, toilet, dan penghijauan.
Revitalisasi ini bukan sekadar upaya mempercantik kota, melainkan juga upaya mempertahankan warisan sejarah yang memiliki nilai estetika tinggi dan makna budaya yang mendalam. Bangunan di kawasan itu, seperti Kantor Pos Lama, Taman Srigunting, dan Spiegel Bar, adalah bagian dari mozaik sejarah yang mencerminkan kejayaan perdagangan Semarang pada masa kolonial.
Dengan suasana malam yang diterangi lampu-lampu kuning hangat, Kota Lama Semarang menjelma menjadi destinasi wisata yang memukau, mengundang siapa saja untuk merasakan perjalanan waktu.
Di Bawah Kubah
Keinginan Diana untuk menyelesaikan revitalisasi sebelum Natal tahun ini bukan tanpa alasan. Natal adalah momen penuh harapan, dan Gereja Blenduk sebagai ikon religius akan menjadi saksi bagi jemaat yang ingin merayakan momen ini dengan lebih khusyuk di bawah naungan bangunan yang telah disempurnakan.
Dengan rampungnya revitalisasi, gereja ini tidak hanya akan menjadi tempat ibadah, melainkan juga ruang yang menyatukan berbagai kalangan–baik mereka yang datang untuk berdoa maupun wisatawan yang ingin menikmati keindahan arsitektur serta sejarahnya.
“Pekerjaan harus rapi dan dikerjakan dengan baik dan teliti, karena Gereja Blenduk merupakan bangunan cagar budaya,”pesan Wamen Diana.
Di bawah kubah Blenduk yang menjulang, cerita masa lalu dan harapan masa depan berbaur. Gereja ini adalah jantung Kota Lama, dan dengan segala keanggunan serta kesakralannya, ia menyimpan janji untuk terus berdiri kukuh, menghidupkan kembali semangat kota yang pernah berjaya.
Natal tahun ini di Kota Lama juga merupakan kesempatan bagi kota untuk menyambut masa depan yang lebih cerah tanpa melupakan akar sejarahnya.
Dengan menyusuri jalanan berbatu dan bangunan kuno yang megah, Kota Lama Semarang memberikan pengalaman yang mengajak kita untuk merenung, menghargai, dan menjaga sejarah yang dimilikinya. Inilah pesona Kota Lama, dan inilah Gereja Blenduk–tempat di mana kisah masa lalu dan harapan masa kini bertemu dalam harmoni yang abadi. (ita)