Dengah kesibukan dan tugas-tugas kuliah, Muhammad Fardan Arrizieq, mahasiswa Program Sarjana Studi Akuntansi FEB UGM memutuskan membuka layanan cuci sepatu. Hal ini ia lakukan setelah mendengar keluhan teman-temannya kesulitan menemukan layanan cuci sepatu berkualitas di Yogyakarta.
Bersama sang kakak, di bulan Januari 2023, ia memulai membuka usaha kecil-kecilan ini. Diawali dengan membuat poster sederhana di Instagram ia mempromosikan usahanya.“Awalnya cek ombak, iseng-iseng ternyata banyak yang tertarik. Seminggu-dua minggu, orderan tetap konsisten bahkan sempat sampai kewalahan melayani permintaan,” ujarnya di FEB UGM, Kamis (31/10).
Melihat respon pasar yang bagus, iapun kemudian mulai membangun RockWashRepeat usahanya dengan lebih terstruktur. Ibarat membangun tim, ia pun mulai merekrut anggota baru untuk diajak bekerja bersama.
RockWashRepeat terus berkembang. Ceruk bisnis cuci sepatu inipun pada akhirnya tidak hanya menawarkan jasa cuci sepatu, tetapi juga memperhatikan berbagai permintaan pelanggan secara mendalam. RockWashRepeat pun mulai popular dengan berbagai pilihan layanan cuci sepatu. Layanan yang dapat disesuaikan dengan jenis bahan sepatu, seperti kanvas, suede, atau kulit.
Layanan ini juga mencakup pembersihan mendalam (deep cleaning), penghilangan warna kuning pada sol sepatu (unyellowing), hingga perbaikan khusus pada kerusakan sepatu. Keunggulan yang dimiiki RockWashRepeat dan berbeda dari usaha sejenis lainnya adalah layanan pick-up dan delivery gratis untuk area UGM.
Fardan sendiri mengakui bila layanan ini menjadi salah satu daya tarik utama bagi mahasiswa yang menginginkan solusi praktis tanpa harus repot mendatangi tempat cuci sepatu. “Melalui layanan antar-jemput gratis ini, kami memang berkeinginan memudahkan mahasiswa dengan memberikan kenyamanan dan efisiensi bagi mereka yang sibuk,”ucapnya.
Keunggulan yang membuat usaha miliknya berbeda dari usaha sejenis lainnya adalah layanan pick-up dan delivery gratis untuk area UGM. Menurut Fardan, hal ini adalah salah satu daya tarik utama bagi mahasiswa yang menginginkan solusi praktis tanpa harus repot mendatangi tempat cuci sepatu. “Melalui layanan antar-jemput gratis ini, kami berharap bisa memudahkan mahasiswa dengan memberikan kenyamanan dan efisiensi bagi mereka yang sibuk,” jelasnya.
Fardan mengungkapkan saat awal membangun bisnis cuci sepatu bermodalkan kurang lebih Rp 3 juta. Kini ia pun berhasil meraup keuntungan dari usaha dengan omset mencapai 8-10 juta setiap bulannya.
Meski menggiurkan, Fardan mengakui menjalankan bisnis ini tidak semudah membalik telapak tangan. Berbagai tantangan ia temui saat menjalankan bisnis, dan paling menantang adalah menjaga standar kualitas layanan. Menurutnya tidak mudah menjaga kesan pertama dalam membangun kepercayaan pelanggan terlebih pada lingkungan yang kompetitif di bisnis jasa.
“Penting untuk memberi impresi yang bagus di awal ke customer. Awalnya cukup pressure buat menuhin ekspektasi karena mereka pasti berekspektasi tinggi. Mereka percayakan sepatu mereka ke kami untuk dibersihkan,” ungkapnya.
Ia menyampaikan first experience customer menjadi hal yang sangat krusial dalam bisnis jasa. Apabila pelanggan puas, otomatis mereka akan melakukan repeat order dan bisa merekomendasikan layanan tersebut ke relasinya.
Sebaliknya, jika pelanggan merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan, maka besar kemungkinan pelanggan tidak akan kembali. Belum lagi dalam menjalankan bisnis cuci sepatu ini bisa memastikan tim sesuai dengan standar. “Saya pun ta segan melatih karyawan mulai dari nol dari cara mencuci yang benar sampai bisa memastikan kualitas tetap sesuai standar”, terangnya.
Usaha RockWashRepeat saat ini terpusat di Kios Ngabean, Jl. Wahid Hasyim No.21-22, Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta. Usaha ini diperkuat dengan empat karyawan, dan tengah menimbang kemungkinan memperluas bisnis dengan membuka cabang.
Membangun sebuah bisnis memang bukan hal mudah. Meski begitu, bagi Fardan peka terhadap lingkungan bisa menjadi kunci jawaban untuk memulai usaha. Sebagaimana ia membangun RockWashRepeat, ia pun mencari problem yang ada di sekitar. “Saya cari problemnya dan mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar kita, lalu kita menawarkan solusinya,” ujarnya.
Dalam membangun sebuah bisnis, Fardan tidak langsung berorientasi pada uang. Ia tahu bahwa dalam berbisnis akan selalu menemui kondisi pasang-surut sehingga yang terpenting fokus bagaimana bisnis bisa bertumbuh dan menjadi lebih besar lagi. “Konsistensi dalam menghadapi pasang surut bisnis penting dan membangun koneksi juga menjadi hal esensial yang perlu diperhatikan”, pesannya.
Baginya bisnis tidak selalu soal gengsi atau prestige, namun lebih kepada ide. Sebab ide yang sederhana pun bisa menjadi bisnis yang potensial, asalkan bisa menciptakan nilai dari bisnis tersebut.
Fardan meyakini memiliki unique selling point dan memahami kebutuhan masyarakat juga sebagai kunci agar bisnis bisa bertahan lama. Dalam keadaan stabil, ia berpesan para pebisnis jangan pernah merasa aman dan nyaman. Pebisnis tetap dituntut memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
“Setiap harinya kita harus memunculkan sebuah pertanyaan dalam diri kita seperti whats next? what should I do tomorrow? Jangan takut mencoba, pengalaman terjun langsung sangat berharga. Tidak ada bisnis sekali dibuat langsung sukses dan besar. Semua membutuhkan proses”, pungkasnya. (ugm)