Capaian membanggakan kembali ditorehkan oleh wisudawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Ia adalah Hendy Gilang Syahputra, wisudawan S2 Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS yang sukses meraih tiga gelar sekaligus di usia 21 tahun melalui program Fast Track dan Double Degree.
Hendy mengaku bahwa ambisinya dimulai dengan keinginan untuk memiliki prestasi yang berbeda dibandingkan dengan mahasiswa yang menempuh jalur pendidikan reguler.
Melalui program beasiswa Fast Track dan Double Degree, Hendy berhasil memperoleh satu gelar sarjana dan dua gelar magister dari ITS dan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) Taiwan. “Sekiranya ini dapat menjadi suatu nilai yang berbeda ketika seseorang menilai kita,” imbuh pemuda kelahiran 3 Oktober 2002 ini.
Untuk mencapai titik tersebut, tutur Hendy, dirinya harus melewati berbagai rangkaian seleksi yang meliputi seleksi administrasi, tes psikotes, Test of English as a Foreign Language (TOEFL), dan tes tulis. Tak hanya itu, Hendy memasang target untuk bisa lulus program S1 di semester 7.
“Akhirnya saya berhasil lulus S1 di Wisuda ke-127 ITS dan menjadi lulusan termuda khusus di hari kedua,” ungkap mahasiswa angkatan 2019 ini.
Belum puas dengan beasiswa fast track yang tengah ditempuhnya, Hendy mendaftar pada Taiwan Tech International Dual Degree Program Scholarship sesaat setelah ia resmi lulus program S1 di ITS.
Program hasil kerja sama ITS dengan NTUST ini pada akhirnya mengantarkannya pada gelar Master of Science (MSc) dan Master of Engineering (MT) di tahun yang sama dengan beasiswa. “Ketiga gelar itu saya peroleh dalam kurun waktu lima tahun masa studi,” beber Hendy.
Uniknya, mahasiswa yang baru resmi lulus program S2 di Wisuda ke-130 ITS, Sabtu (28/9), ini memilih bidang yang lumayan berbeda dalam penyusunan tugas akhir dan tesisnya. Selama pengerjaan Tugas Akhir (TA) dalam program S1, Hendy mengaku banyak berkutat pada bidang logam khususnya aluminium foam.
Yakni, ia menciptakan sebuah prototipe aluminium foam yang nantinya dapat difungsikan sebagai crash box pada mobil. “Tujuannya untuk keselamatan dan perlindungan struktur mobil,” ujar putra pasangan Sumardi dan Heni ini.
Beralih ketika studi S2, Hendy membelokkan kemudinya pada penelitian di bidang semikonduktor. Beberapa kesulitan pun dialaminya sebab bidang tersebut memiliki ranah yang jauh berbeda dengan studinya di S1.
Bermodal ketekunan, Hendy akhirnya berkesempatan untuk menjadi salah satu co-author dalam buku tentang semikonduktor garapan profesornya di NTUST. Tesis yang ia kerjakan pun memiliki topik yang linear, yakni mengenai fotodetektor dengan bahan perovskite.
Wisudawan asal Tangerang tersebut menyebutkan bahwa ITS memegang peranan penting dalam mewujudkan segala pencapaiannya saat ini. Dapat menempuh S2 di dua universitas berbeda negara secara gratis tak lain adalah berkat kapasitas ITS untuk membuka peluang bagi mahasiswanya ke ranah internasional.
Selain itu, Hendy bersyukur atas dukungan para dosen dan tendik yang mempermudah dirinya terkait segala alur dan prosedur. “Saya rasa ada hutang budi sebab ITS sudah menyekolahkan saya,” ungkapya penuh syukur.
Berhasil membuktikan diri, lulusan S2 Department of Materials Science and Engineering NTUST ini berharap para mahasiswa tidak lagi takut untuk mengambil kesempatan Fast Track dan Joint Degree sekaligus.
Ia juga terus mendorong adik-adik tingkatnya untuk menjadi mahasiswa yang lebih ‘oportunis’ dalam memandang suatu hal di masa depan. “ITS membuka banyak peluang untuk kita, maka manfaatkanlah sebaik mungkin setiap kesempatan yang ada,” pesannya menyemangati. (ita)