Mahasiswi Unair di Forum Global
KOMUNITAS PERISTIWA

Mahasiswi Unair di Forum Global

Ketertarikan Roudhotul Esa Maharani terhadap isu kekerasan anak, perkawinan anak, dan ketenagakerjaan orang muda telah membawanya pada perjalanan yang inspiratif. Tidak hanya berbicara pada forum lokal, mahasiswa Sosiologi Universitas Airlangga (UNAIR) itu bahkan telah sampai pada forum global.

Perjalanan Esa sudah dimulai sejak bangku SMA. Ia aktif menjadi anggota Forum Anak Ponorogo serta Forum Anak Jawa Timur untuk meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai kasus kekerasan dan perkawinan anak di daerahnya.

Selama bergabung di Forum Anak Ponorogo, Esa berkolaborasi dengan berbagai NGO, salah satunya adalah Yayasan Kesehatan Perempuan. Kolaborasi itu melahirkan berbagai kegiatan yang menyoroti isu anak dan pemuda. Mulai dari Project Laskar Remaja Bersama Menginspirasi, Youth Fun Camp, Youth Inspire, Anti Kekerasan dan Perkawinan anak, hingga pelatihan pengembangan usaha kepada anak muda.

Pada waktu SMA, Esa menjadi leader dari kegiatan Child-Ied Campaign di bawah naungan Save Children Indonesia dan enam NGO besar lainnya. Ia memimpin penelitian tentang dampak COVID-19 terhadap anak serta menyusun policy brief untuk disarankan kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Selain itu, Esa juga berkesempatan menjadi co-leader untuk Children and Advisory Network – Save the Children Indonesia. Hal ini membuatnya mampu mengadvokasi secara langsung isu kekerasan dan perkawinan anak ke Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Mahasiswa Sosiologi UNAIR itu juga sempat magang di program Skills to Succeed, Save the Children Indonesia untuk membantu implementasi program Youth-led Innovation Lab for Green Entrepreneurship di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat.

“Saat ini angka pengangguran didominasi oleh anak muda. Aku ingin berkontribusi berbagai ilmu mengenai dengan softskill dan hardskill. Misalnya public speaking, manajemen stress, decision making, atau untuk hardskill-nya, seperti pelatihan digital marketing,” papar Esa.

Esa menikmati perannya dalam setiap kegiatan yang melibatkan anak-anak dan pemuda. Baginya, setiap kegiatan adalah kesempatan untuk belajar hal baru, menjelajah tempat baru, dan bertemu orang dengan berbagai latar belakang. Kegembiraannya meningkat ketika melihat partisipan project-nya mulai berkembang pesat, mendapatkan relasi, lingkungan suportif, dan bersemangat untuk meraih masa depan lebih baik.

Pada tahun 2023, Esa meraih prestasi luar biasa dengan terpilih sebagai salah satu 120 pemuda dari 65 negara untuk bergabung dalam Youth Advisory di bawah naungan World Bank.

Kesempatan ini membawanya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu terpilih sebagai peserta Positive Youth Development Symposium di Washington, D.C., Amerika Serikat. Di sini, ia berkesempatan mengembangkan rencana untuk memfasilitasi keterlibatan pemuda yang inklusif.

Pada akhir kesempatan, Esa berharap masalah kekerasan, perkawinan anak, dan ketenagakerjaan pada anak dan orang muda semakin menjadi perhatian publik.

“Perlu adanya penguatan regulasi dan melibatkan lebih banyak pihak untuk mencegah perkawinan anak. Isu ketenagakerjaan anak muda juga perlu diintervensi mendalam. Selain itu, peningkatan pendanaan dari berbagai pihak akan sangat membantu dalam memperluas jangkauan program-program kepada lebih banyak anak-anak di Indonesia,” pungkasnya. (ita)