Istri calon presiden (capres) Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti menyatakan bahwa ibu-ibu menjadi senjata rahasia yang dimiliki pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar-Mahfud. Atikoh pun meminjam slogan The Power of Emak-Emak.
Hal itu disampaikan Atikoh usai hadir di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2023 Perempuan Indonesia Pilih Ganjar (Pijar) di Kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/12).
“Kan ada ini, slogan the power of emak-emak. Pertama itu semangatnya luar biasa sekali kemudian ibu-ibu ini juga fleksibel ketika bermasyarakat, kemudian orangnya juga memiliki motivasi yang luar biasa untuk perbaikan bangsa dan negara,” kata Atikoh.
Atikoh menambahkan, dukungan dari ibu-ibu merupakan modal yang luar biasa untuk pasangan Ganjar-Mahfud. Slogan The Power of Emak-Emak itu digunakan Atikoh untuk menggambarkan semangat para ibu, lantaran mereka adalah sosok yang fleksibel di masyarakat.
Atikoh mengatakan, ibu-ibu merupakan kaum perempuan yang memiliki motivasi kuat, jika berhubungan dengan bangsa dan negara. “Jadi ini adalah modal yang luar biasa dari ibu-ibu, mereka bisa masuk ke semua kalangan,” ucap Atikoh.
Atikoh pun turut menyoroti sejumlah persoalan seperti stunting, pelecehan seksual dan kesehatan mental. Ia menekankan, pentingnya perlindungan bagi para korban, terutama perempuan.
“Ada stunting, mental health kemudian untuk kasus-kasus pelecehan seksual bagaimana pelaporannya karena terkadang justru korban ini yang dikriminalisasi. Itu kejadian di beberapa perguruan tinggi maupun SMA. Nanti akan ada satgas di masing-masing lembaga pendidikan,” ucap Atikoh.
Lebih lanjut perihal kesehatan mental, pasangan Ganjar-Mahfud juga menawarkan program satu desa satu puskesmas satu nakes yang dapat menjadi wadah bagi masyarakat, yang ingin mendapatkan layanan psikolog.
Atikoh pun mendorong perempuan untuk mendukung program-program tersebut agar kesetaraan layanan kesehatan bisa didapatkan oleh seluruh kalangan masyarakat.
“Terkait dengan mental health juga Ganjar-Mahfud itu ada program satu puskesmas satu desa termasuk nakes dan di situ nakes juga ada psikolog. Jadi mereka nanti bisa berdiskusi bisa curhat di masing-masing puskesmas termasuk juga di lembaga pendidikan,” pungkas Atikoh. (gp)