Bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mengunjungi mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj di Cipedak, Jakarta Selatan, Kamis (05/10) malam.
Ganjar dan istri Siti Atikoh mendapat sambutan hangat, saat tiba di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah sekitar pukul 19.40 WIB.
Kiai Said Aqil Siroj mengaku bersyukur atas kedatangan Ganjar. Ia pun mendoakan agar Ganjar terpilih menjadi presiden 2024.
“Alhamdulillah malam hari ini pesantren atsaqofah kedatangan tokoh nasional yang Insyaallah Tuhan memberikan jalan kemudahan beliau akan terpilih menjadi presiden yang akan datang yaitu Pak Ganjar Pranowo,” ucap Said.
Kiai Said juga mengaku memiliki kedekatan dengan kakek dari Siti Atikoh, KH Hisyam Abdul Karim. Menurutnya, Kyai Hisyam adalah pejuang Nahdlatul Ulama (NU) asal Purbalingga.
“Beliau yang saya kenal dekat itu kakek istri beliau adalah KH Hisyam Rois Syuriah NU dua periode tahun 1973 sampai 1983,” paparnya.
Sedangkan dengan Ganjar, lanjut Kiai Said, sudah bersahabat sejak mantan Gubernur Jawa Tengah itu menjadi Anggota DPR RI. “Tapi yang jelas (Ganjar) dengan saya dekat sekali sejak masih DPR dan Gubernur,” ungkapnya.
Kiai Said lantas berpesan kepada Ganjar untuk bisa mempertahankan konsep Islam Nusantara, saat terpilih menjadi presiden nantinya.
“Jadi, ide saya tentang Islam Nusantara nanti kalau Mas Ganjar jadi presiden itu diteruskan kalau perlu di ekspor ke luar negeri. Satu jalan adalah Islam menyatu dengan budaya. Budaya dijadikan pondasi Islam itu adalah Islam yang ramah,” pesan Kyai Said.
Sementara itu, Ganjar mengatakan bahwa kedatangan di Ponpes Luhur Al-Tsaqafah disambut hangat oleh keluarga pengasuh. Ia mengaku membicarakan soal kebangsaan bersama Kiai Said.
“Tidak hanya minta soal cawapres, tapi juga soal bernegara, berbangsa, cerita soal Islam nusantara tadi karena itu sangat ideologis dan jauh sangat penting dari yang sifatnya pragmatis,” ucap Ganjar.
Ganjar pun mengaku mendapat banyak wejangan, terutama soal sejarah Islam di Indonesia beserta tokoh-tokohnya. “Kita mesti kukuh mempertahankannya. Istilah lain kita punya kepribadian dalam kebudayaan,” pungkasnya. (gp)