Polusi di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) dilaporkan sangat buruk dalam sepekan terakhir. Seperti dilaporkan situs pemantau kualitas udara IQAir, Selasa (15/08) pukul 05.43 WIB, indeks kualitas udara di Ibu Kota berada di angka 165 AQI US. Angka kualitas udara itu tercatat bahwa saat ini DKI Jakarta masih masuk dalam kategori tidak sehat nomor dua di dunia.
Menyikapi kualitas udara Jabodetabek yang tidak sehat itu, Presiden Joko Widodo secara khusus mengumpulkan para jajaran kabinet dan pemerintah daerah. Langkah tersebut dibagi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Salah satunya untuk jangka menengah pemerintah mendorong peningkatan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sekaligus meminta PLN untuk memperbanyak stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
“Saya harapkan tidak saja instansi pemerintah, tetapi swasta yang berdomisili di Jabodetabek untuk mulai menggunakan EV, dari motor, dari mobil, bersamaan dengan yang lain,” ungkap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, usai rapat kabinet di Kantor Kepresidenan, Senin (14/8/2023).
Pemerintah sendiri terus mendukung ekosistem kendaraan listrik agar berkembang pesat di Indonesia. Sebagai upaya menurunkan emisi karbon dan meninggalkan ketergantungan moda transportasi darat pada energi fosil. Sejauh mana keuntungan bagi masyarakat dengan keberadaan kendaraan listrik yang digadang-gadang bisa menggeser kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM)?
Seperti dikutip dari situs PLN, sejumlah kalangan masyarakat sangat merasakan manfaat dan keuntungan transisi ke kendaraan listrik ini. Salah satu pengguna mobil listrik bernama Norita menuturkan, betapa hemat dan ramah lingkungan EV yang sudah ia gunakan selama lima bulan tersebut.
“Mobil listrik sangat menghemat biaya operasional, dari pajak hingga service pun lebih murah. Biasanya service itu bisa sampai Rp500 ribu tapi untuk mobil listrik hanya Rp100 ribu. Ini juga sangat ramah lingkungan, tidak mengeluarkan asap dan polusi,” tutur Norita.
Norita menambahkan, pengguna EV tidak perlu khawatir walaupun macet, biaya operasional akan tetap stabil dan menjadi murah. “Kalau dulu itu per bulan saya bisa menghabiskan Rp2 juta, ketika saya beralih ke mobil listrik hanya hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp200–300 ribu per bulannya,” jelasnya.
Hal serupa juga disampaikan driver ojol Wawan Poedji Santoso. Dia mengaku merasakan lebih hemat dan nyaman setelah beralih menggunakan motor listrik.
Sejak menggunakan EV untuk ojek online, dirinya mampu menekan pengeluaran berlebih. “Sekarang malah bisa menabung lebih banyak. Pengeluaran bensin sebesar Rp50 ribu per hari serta ongkos perawatan sekitar Rp200 ribu saban dua-tiga minggu, tak ada lagi,” ungkap Wawan.
Kendati di awal sempat bingung menggunakan kendaraan listrik, Wawan mengaku kini tak lagi khawatir termasuk perawatan dan biayanya.
Sebagai BUMN penyedia listrik, Direktur Utama PT Saat PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, pemerintah tengah mengakselerasi ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) atau EV di Indonesia guna menekan penggunaan bahan bakar fosil, mengurangi emisi karbon, dan mendorong transformasi industri serta mendorong ketahanan energi nasional.
Kini, PLN telah membangun sedikitnya ratusan stasiun pengisian mobil dan motor listrik mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Hingga Juli 2023 ini, jumlah SPKLU yang sudah beroperasi mencapai 842 unit, sementara SPBKLU 1.34 unit. Sebanyak 616 SPKLU di antaranya dikembangkan oleh PLN.
Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan jumlah SPKLU di tanah air sebanyak 1.030 unit pada 2023. Ini berarti, jumlahnya akan bertambah hampir dua kali lipat dari total SPKLU pada tahun lalu.
Tak hanya itu, PLN juga menyediakan layanan home charging untuk memudahkan pengisian daya di rumah. Dengan begitu, para pengguna tidak perlu risau jika kehabisan daya, karena infrastrukturnya sudah sangat lengkap.
Dirut PT PLN juga menjelaskan, dengan menggunakan kendaraan listrik akan membantu pengguna menjadi lebih hemat. Sebagai gambaran, untuk kendaraan sepeda motor dengan jarak tempuh 50 kilometer (km) membutuhkan 1 liter BBM, sedangkan sepeda motor listrik dengan jarak sama menghabiskan 1,2 kilowatt hour (kWh).
“Maka, dengan asumsi tarif listrik sebesar Rp1.699,53 per kWh, hanya diperlukan sekitar Rp2.500 untuk sepeda motor listrik. Sedangkan, motor BBM menghabiskan sekitar Rp13 ribu untuk menempuh jarak yang sama. Ada penghematan 80 persen,” demikian Darmawan Prasodjo.
Kendaraan listrik merupakan alat transportasi yang sangat ramah lingkungan. Sebagai ilustrasi, emisi yang dihasilkan antara kendaraan berbahan bakar minyak dan EV, konsumsi 1 liter BBM sama dengan 1,2 kWh listrik. Sedangkan emisi karbon 1 liter BBM adalah 2,4 kg Co2e, dan emisi karbon 1,2 kWh listrik adalah 1,3 kg Co2e. “Artinya dengan menggunakan kendaraan listrik kita sudah mengurangi sekitar 50 persen emisi karbon,” tukas Darmawan Prasodjo. (ind)