Atikoh Dorong Kebiasaan Makan Bersama
PERISTIWA

Atikoh Dorong Kebiasaan Makan Bersama

Sudahkah Anda membiasakan makan bersama di meja bersama anggota keluarga? Kebiasaan itu tak hanya menguatkan bonding orang tua dan anak, namun juga mengedukasi mengenai pola makan yang sehat serta membentuk karakter anak.

Hal itu disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, seusai menghadiri Gerakan Kembali ke Meja Makan Melalui Sarapan Pagi Bergizi, di Main Dinning Hall, Jakabaring Sport Center, Palembang, Rabu (05/07).

Menurutnya, filosofi kembali ke meja makan luar biasa, karena lewat meja makan bisa menguatkan bonding antara orang tua dan anak. Orang tua bisa mengidentifikasi, misalnya, apakah anak ada masalah di sekolah.

“Kemudian komunikasi dengan anak juga bisa dibentuk di situ, karena kan kalau makan, sambil makan nanti bisa chitchat dengan anak ya. Jika misalnya bisa nanya aktivitas tadi di sekolah seperti apa, apabila anak ada gangguan dalam tanda kutip, mungkin kena bullying atau permasalahan-permasalahan di sekolah atau dengan temannya itu, bisa teridentifikasi dari awal. Jadi orang tua bisa treatment-nya dilakukan sejak dini,” beber Atikoh.

Manfaat kedua, imbuhnya, kebersamaan di meja makan dapat menjadi media edukasi anak terkait dengan pola makan yang sehat. Sebab, jika sendirian, orang tua akan sulit memantau anak, apakah hanya makan karbohidrat, atau protein yang dikonsumsi seperti apa.

“Tapi kalau makannya bareng-bareng di meja makan itu kita bisa lihat, oh kurang suka sayur yang apa, mungkin besok dicoba lagi. Jadi gizi berimbangnya itu bisa terevaluasi dengan baik konsumsinya,” terang Atikoh.

Dijelaskan, keuntungan lainnya, ada studi yang mengatakan, dengan orang yang aktif makan bersama di meja makan itu, attitude atau karakter anak bisa terbentuk dengan baik, karena orang tua bisa benar-benar hadir sekaligus dari sisi pola asuhnya, dengan suasana informal yang menyenangkan.

“Tentu kita harus matiin HP dulu, jangan sampai makan di meja makan tapi sebenarnya mereka aktif sendiri-sendiri, karena aktif dengan HP-nya masing-masing. Jadi benar-benar menghadirkan lagi suasana keluarga di meja makan,” tegasnya.

Mengingat pentingnya gerakan itu, tutur Atikoh, pihaknya akan terus mendorong gerakan kembali ke meja makan tersebut. Meski di tengah kesibukan, setidaknya keluarga diharapkan menyisihkan waktu minimal sekali dalam sehari untuk makan bersama.

“Misalnya dalam waktu tiga kali sehari kan tidak bisa, ya minimal sekalilah, kalau pagi atau malam. Kalau bisa ketika weekend itu tiga kali sehari, dan bareng minimal dua kali. Kalau saya, dari kecil berusaha seperti itu, tapi karena aktivitas masing-masing minimal malam hari, kita bareng-bareng, di situ juga kita bisa berkomunikasi,” tandasnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo. Menurutnya, komunikasi akan terjalin lebih baik ketiks berada di meja makan.

“Menasihati baik-baik di meja makan. Memarahi anaknya juga bisa di meja makan atau di mobil, karena itu suasananya menyenangkan. Jadi tidak mudah tersinggung,” katanya.

Dalam kesempatan itu juga diadakan demo memasak ikan kuah kuning. Menurut Hasto, hal tersebut sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakat, jika mencegah stunting tidak mahal. Bisa dengan mengonsumsi makanan dengan bahan yang ada di sekitar, tidak harus dengan bahan pangan pabrikan.

“Sesuai arahan Bapak Presiden juga, makan dengan menggunakan produk lokal,” ujarnya.

Sebagai informasi, selain gerakan makan di meja makan, rangkaian kegiatan juga diawali dengan senam bersama, dan demo masak berbahan ikan patin. (hms)