Jurus Eri Cahyadi Saat Hujan Deras
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Jurus Eri Cahyadi Saat Hujan Deras

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan semenjak penambahan kapasitas rumah pompa di Kalidami, kawasan Jalan Dharmawangsa, Kertajaya, dan sekitarnya, kini tak lagi tergenang air ketika hujan. Dengan rumah pompa itu, air lebih cepat surut walaupun curah hujan deras.

Eri Cahyadi menyampaikan, teratasinya masalah banjir atau genangan bukan karena ada rumah pompa. Akan tetapi, ada peran serta antara jajaran camat, lurah, serta warga Surabaya.

Menurutnya, sebuah masalah di sebuah kota tidak akan bisa diselesaikan, jika tidak dimulai dari mengubah sistem kerja jajarannya di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot). “Kalau saya bekerja sendirian, ya nggak bisa. Kalau saya kerja bareng Wakil Wali Kota (Armuji), Kepala Dinas, Camat dan Lurah, maka tidak ada lagi banjir, tidak ada stunting dan warga miskin,” kata Wali Kota Eri, Selasa (14/02).

Eri melanjutkan, sistem kerja di pemkot harus diubah agar masyarakat terlayani dengan baik. Seperti saat terjadi curah hujan tinggi yang berpotensi menyebabkan banjir atau genangan, maka jajaran camat dan lurah harus peka, turun langsung memantau wilayahnya.

Apabila di suatu titik ditemukan banjir atau genangan, Wali Kota Eri meminta camat dan lurah melihat pokok permasalahanya. Seperti pada tahun 2021 lalu, ia menerapkan sistem potong kompas atau membuat sodetan agar air di suatu wilayah bisa cepat surut.

Cara itu pun terbukti efektif, setelah 55 titik sodetan di Kota Surabaya dibuat bersamaan dengan pembangunan 6 rumah pompa baru. Salah satunya rumah pompa yang ada di Kalidami, Kecamatan Gubeng.

Saat ini, daya rumah pompa Kalidami meningkat daripada sebelumnya, yang tadinya hanya ada 4 unit dengan kapasitas 1,3 meter kubik, kini bertambah 3 unit dengan kapasitas 3 meter kubik dan 0,5 meter kubik.

“Yang tahu saluran, yang tahu orang susah, kan bukan hanya wali kotanya, tetapi jajaran camat dan lurah juga harus paham. Maka dari itu, ketika sistem ini diubah dan berjalan baik, maka wali kota selanjutnya hanya tinggal menjalankan saja. Bukan berarti saya marah itu karena nggak suka, bukan,” tuturnya.

Eri menambahkan, sebagai seorang pemimpin jangan sampai baper (bawa perasaan). Menurutnya ketika ada kritikan dan masukan dari masyarakat, itu hal lumrah.

Bukan hanya baper, Eri juga tidak ingin dalam membangun sebuah kota, mudah tersanjung ketika mendapatkan apresiasi. “Saya bolak-balik dikritik uwong (sering dikritik orang), tapi selalu saya ajak diskusi ketika ada masalah, cari solusinya. Kami bersama DPRD pun begitu, ketika ada masalah, kami berdiskusi, asalkan untuk kesejahteraan umat,” pungkasnya. (ita)