ITS Siap Kolaborasi dengan DUDI
PERISTIWA TEKNOLOGI

ITS Siap Kolaborasi dengan DUDI

Gagasan cemerlang yang dihasilkan oleh segenap insan pendidikan tinggi (dikti) di lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuahkan hasil yang membanggakan.

Pasalnya, sebanyak 21 dari 25 proposal yang diajukan ITS berhasil terdanai dan menjadi terbanyak kedua pada program Matching Fund yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Sebagai salah satu program dari Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yang digaungkan Kemendikbudristek, Matching Fund hadir untuk mendorong terbentuknya ekosistem kolaborasi yang lebih erat dan terakselerasi antara kampus dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

Direktur Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi (DIKST) ITS Dr Ir Achmad Affandi DEA mengungkapkan, Matching Fund terlaksana lewat platform yang disediakan yakni bernama Kedaireka. “Platform ini digunakan untuk menjembatani pengembangan ilmu dan teknologi atau rekacipta yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dengan kebutuhan teknologi dan pengembangan di industri,” jabarnya.

Dalam teknisnya, lanjut dosen yang akrab disapa Affandi ini, insan dikti memasukkan portofolio yang diunggah lalu pihak industri bisa melihat database apakah cocok dan bisa memberikan solusi terhadap masalah di industri terkait. Apabila tertarik bisa dilakukan kerja sama yang matching lewat platform tersebut.

“Berlaku fungsi sebaliknya, setelah kesepakatan diambil, peserta bisa menyusun proposal dan menyelesaikan tahap lainnya seperti seleksi administrasi, seleksi substansi hingga seleksi pendanaan,” terangnya.

Affandi menyampaikan, dalam program ini pendanaan yang digelontorkan oleh pemerintah bersifat 1:1 baik untuk pihak Perguruan Tinggi (PT) maupun pihak industri. Harapannya, nanti hubungan antara PT, industri dengan masyarakat lebih erat. Karena jika terdapat problem dari industri, PT bisa membantu menyelesaikan dengan bantuan dana riset dari pemerintah.

“Keuntungan juga akan sama-sama didapat, pihak PT akan mendapatkan hak cipta kekayaan intelektual, dan pihak industri mendapat keuntungan dari pemecahan masalah dari ide yang digagas,” jelasnya kembali.

Dosen Departemen Teknik Elektro ini memaparkan, dari 25 proposal yang diajukan terdapat 21 proposal yang berhasil didanai, di antaranya terdapat dua proposal dari Matching Fund vokasi. Bedanya, program ini hanya dibawahi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.

Dari sekian banyak proposal, pada kluster ICT robotika mempunyai persentase paling besar yakni 42,9 persen, kemudian disusul kreatif, otomotif dan inkubator sebanyak 14,3 persen, kluster lainnya 9,5 persen dan kluster maritim 4,8 persen. “Jika pada ranah tematik, transportasi dan energi mempunyai persentase paling besar yakni 19 persen, diikuti bidang sosial, ICT, kesehatan, lingkungan dan pangan,” rincinya.

Dalam pelaksanaannya, Affandi berujar, pengajuan proposal yang sudah dimulai sejak Januari hingga akhir Juni 2021 ini sudah melalui beberapa batch pengumuman. “Dari batch ketiga hingga keenam, ITS berhasil mendapatkan pendanaan pada 17 proposal, pada batch awal lolos satu, tambahan dua proposal dari vokasi serta tambahan satu proposal yang baru saja diumumkan,” runutnya.

Menurut Affandi, ITS dalam mencapai tahap ini juga memerlukan beberapa kiat yang didukung oleh segenap pihak. Ia mengatakan, hal ini berkat adanya sosialisasi yang bagus dan pendampingan yang baik, sehingga walaupun dengan adanya program baru tetap antusias mengikuti.

Apalagi, lanjutnya, karena misi ITS di tahun 2021-2025 adalah melakukan transformasi dari Perguruan Tinggi Riset ke Perguruan Tinggi Inovasi, diharapkan kemampuan ini bisa menjadi inisiatif menggali permasalahan industri dan menyelesaikan masalah di dalamnya.

“Selanjutnya dengan pendanaan ini, proyek yang akan laksanakan diharap bisa meningkatkan antusiasme semua pihak dalam memajukan salah satu program MBKM ini,” tuturnya.

Tak hanya satu, Affandi berharap, jika ITS bisa lebih banyak memberikan kontribusi untuk masyarakat, di mitra industri, bisnis, pemerintah, masyarakat, alumni maupun startup baru. Sehingga bisa memberikan nilai tambah di sana.

“Dengan mengikutsertakan program ini diharapkan adanya keterlibatan mahasiswa, dosen dengan industry agar bisa lebih dekat memecahkan masalah dan berdampak baik bagi masyarakat nantinya,” tandasnya di akhir. (ita)