Bantalan karet bisa menjadi bendungan serbaguna untuk mengendalikan banjir, menahan intrusi air laut, dan menghadirkan kolam sport. Kanal banjir Semarang lebih tua dari kanal banjir Jakarta.
Setelah dilakukan perbaikan di sana sini, pengerjaan bendungan karet di saluran Kanal Banjir Barat Kota Semarang dinyatakan selesai. Bendungan itu kini lebih siap untuk menghadapi cuaca ekstrem dengan limpasan hujan dalam jumlah jumbo. Sebaliknya, di musim kering ia dapat menjadi kolam besar yang bersih, yang bisa menyediakan air baku, sekaligus menjadi sarana sport dan rekreasi.
Kuncinya ada pada katup-katup yang secara cepat bisa membuka dan menutup sesuai kebutuhan. Semua kini sudah lebih siap. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa struktur bangunan air, yang diberi nama Bendung Gerak Kanal Banjir Barat (KBB) Semarang ini, dapat mengurangi risiko banjir di Kota Semarang, yang kerap terjadi saat curah hujan sangat tinggi.
Sering kali saluran KBB Semarang harus mengalirkan air limpasan hujan sampai 400 m3 per detik, bahkan lebih. Kondisi itu setara dengan debit banjir Kali Ciliwung di Jakarta. Pada saat itulah katup terbuka dan air melimpas ke laut.
“Katup itu juga berfungsi menahan intrusi air laut, bisa untuk penggelontoran, flushing, sedimen sungai,” begitu pernyataan Menteri Basuki Hadimuljono dalam rilis yang beredar akhir Mei 2021. Rilis itu mengabarkan selesainya pekerjaan tambahan proyek Bendung Gerak KBB Semarang.
Proyek itu dimulai 2017 dan selesai akhir 2019. Namun, bendungan karet ini terus disempurnakan untuk memperoleh kinerja terbaiknya. Menurut Menteri Basuki, struktur karet dipilih karena lebih cepat pengerjaannya, lebih murah, dan strukturnya tak menghadapi risiko ambles (subsidensi) di atas tanah lembek di pantai utara Jawa.
Elemen utama bendung itu ialah bantalan-bantalan karet yang melintang di atas dasar sungai. Ada deretan panel-panel baja yang melindungi bantalan karet dari benturan air, yang sering membawa benda-benda keras semacam batang kayu atau logam, yang hanyut bersamanya.
Panel-panel baja itu berjajar rapat. Bila bantalan karet dipompa penuh, panel-panel baja itu terangkat, dan terbentuk dinding bendung setinggi 2,5 meter.
Dengan bentangan selebar 155 meter, terdiri dari empat pintu span, bendung ini bisa menciptakan kolam luas (long storage) yang besar. Volume airnya 700 ribu m2. Sebagian telah digunakan sebagai air baku untuk produksi air bersih, sebesar 1,050 liter/detik. Fleksibilitas pintu span itu bisa dipakai mengontrol tinggi air bendungan.
Pada saat hujan deras, dan air di kanal melimpah, air dalam bantalan karet dipompa keluar, hingga kondisinya cukup kempis. Panel-panel baja yang menjadi struktur utama bendung, yang bersandar pada bantalan karet, akan rebah searah aliran sungai. Maka, air dalam jumlah besar bisa mengalir. Pada saat yang sama, alas bantalan pun terangkat. Lumpur di dasar bendungan ikut hanyut.
Pada saat debit air kanal kembali normal, bantalan karet dipompa lagi dan tubuh panel-panel baja terangkat. Bendungan kembali berfungsi. Air dari hulu terbendung, intrusi air laut tertahan.
Dalam kondisi optimal, di sana akan terbentuk kolam seluas 300 hektare yang cocok untuk olahraga air, seperti perahu naga atau dayung. Di tepian kolan itu kini telah tersedia taman yang luas dengan lintasan untuk warga berjalan-jalan atau jogging.
Ketinggian air dalam kanal relatif lebih tinggi dari selokan dan got di Semarang Barat. Maka, air bendungan ini juga bisa dialirkan ke got-got itu untuk mencucinya (flushing).
Konstruksi bendungan karet itu bukan hal yang baru di Indonesia. Dalam bentangan yang lebih kecil, Kementerian PUPR telah membangunnya di banyak tempat, terutama untuk keperluan irigasi, sejak tiga dekade lalu. Dalam ukuran yang besar, bendungan karet ini ada di Segmen Kali Pepe Bengawan Solo di Taman Wisata Tirtonadi, Solo, dan di Kali Perawan di Indramayu, Jawa Barat.
Mirip Kanal Banjir Batavia
Kanal Banjir Barat (KBB) Semarang itu adalah sungai buatan yang dibangun pada 1879. Ia hampir 40 tahun lebih tua dari KBB Jakarta, yang selesai dibangun 1918, panjangnya 17,4 km, dari Manggarai ke Karet hingga tembus di dekat muara Kali Angke. Seperti hanya KBB di Jakarta, KKB Semarang itu juga merupakan sungai sudetan. Panjangnya hanya 5,3 km.
Di Jakarta, Kali Ciliwung disudet di Manggarai. Sungai Ciliwung asli mengalir ke arah Matraman dan seterusnya dipecah di pelataran Masjid Istiqlal, separuh dialirkan ke arah Kota Tua, separuhnya lagi disalurkan ke Ancol melalui Kanal Jalan Sahari.
Di Semarang, yang disudet adalah Kali Garang. Bila musim hujan, debit air Kali Garang di situ cukup besar, karena tak sampai 1.000 m ke arah hulu, Kali Kreo bermuara di Kali Garang. Sedikit ke arah hulu dari muara Kali Kreo, ada Kali Kripik yang masuk ke Kali Kreo. Maka, Bendung Simongan yang lebarnya sekitar 50 meter itu sebetulnya menahan arus tiga sungai sekaligus, yakni Kali Garang, Kali Kreo, dan Kali Kripik.
Kali Kreo dan Kali Kripik berhulu di tanah perbukitan Kota Semarang Selatan. Ada pun Kali Garang hulunya di lereng Gunung Ungaran. Luar daerah aliras sungai (DAS) ketiga sungai itu 213 km2, lebih kecil dari Ciliwung yang 368 km2. Curah hujan di Semarang Selatan juga tak setinggi hulu Ciliwung di Cisarua Bogor.
Namun dengan lerengnya yang relatif lebih curam dan alurnya yang pendek, dalam situasi hujan ekstrem, debit Kali Garang di Simongan belakangan bisa mencapai 400 m3/detik, meskipun dalam durasi yang pendek. Pada masa kolonial, kondisi hidrologisnya tentu tak seberat sekarang.
Namun, kanal banjir itu adalah bukti sejarah bahwa Kali Garang sejak dulu cukup merepotkan. Padahal, pada masa itu Semarang adalah pintu gerbang untuk eskpor produk pertanian dan perkebunan.
Pemerintah Hindia Belanda pun membuat saluran sudetan yang kini dikenal sebagai Kanal Banjir Barat Kota Semarang, sambil membangun bendungan dan pintu air di Simongan. Alur sungai lama telah dinormalisasi dan kini menjadi kanal di dalam kota yang dinamai Kali Semarang. Lebih sempit dari aslinya. Kali Semarang bermuara di Pelabuhan Tanjung Mas, lokasi pelabuhan lama.
Elevasi Simongan beberapa meter dari permukaan laut. Maka, kanal banjir barat Semarang itu pun tidak bisa terlalu dalam. Tanggul tinggi dibangun di kanan kiri sejak lama. Di beberapa tempat ada pintu air, bekas pintu irigasi, yang memanfaatkan aliran air kanal untuk mencuri selokan kota. Namun, ada ancaman laten. Air kanal bisa meluber ke kiri-kanan. Ada pula intrusi air laut.
Sejak beberapa tahun terakhir Kementerian PUPR, Pemprov Jawa Tengah, dan Pemkot Semarang, bergotong royong melakukan pembenahan. Tanggul ditinggikan. Sebagian talut difungsikan untuk jogging track dan bagian hulu kanal menjadi kolam dengan taman di sekelilingnya. Tidak ada lagi intrusi air laut.
Maka, genangan air sebanyak 700.000 m3 itu dapat digunakan untuk macam-macam keperluan, misalnya rekreasi, sport air, pengendalian banjir, flushing, sekaligus sumber air baku. Bendungan karet itu menjaga Semarang Barat dari banjir dan air rob. (indonesia.go.id)