Agresi Israel Harus Dihentikan
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Agresi Israel Harus Dihentikan

Suara-suara ledakan di Gaza mulai mereda. Raungan jet-jet tempur Israel, yang sebelumnya begitu gencar menembakkan peluru-peluru kendali (guided missile), juga telah menghilang. Desau dari roket-roket Hamas pun hampir-hampir tidak terdengar. Suasana sepanjang Rabu siang, kawasan Gaza di Palestina dilanda sunyi yang mencekam

Kendati begitu, suasana perang masih terasa. Kedua belah pihak memang seolah menahan diri untuk tidak melancarkan serangan, namun belum ada tanda-tanda lahirnya kesepakatan gencatan senjata.

Sementara itu, korban yang jatuh sudah cukup besar. Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, serangan Israel yang dimulai sejak 10 Mei telah memakan 217 korban jiwa, termasuk 39 perempuan dan 63 anak-anak. Ada juga 400 orang lainnya yang terluka.

Otoritas Israel menyebutkan, 12 orang tewas di pihaknya, termasuk dua anak-anak, ditambah dua warga Thailand yang sedang berada di Israel. Selain korban jiwa dan luka, beberapa bagian di kawasan Jalur Gaza juga terlihat luluh lantak.

Hampir 450 bangunan rusak, bahkan hancur rata dengan tanah. Bangunan yang mengalami kerusakan parah itu termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan perawatan primer, semacam puskesmas di Indonesia. Ada 58 ribu pengungsi yang berlindung di 58 bangunan sekolah yang dikelola PBB.

Perkembangan di Palestina itu membuat Pemerintah RI meradang. Presiden Joko Widodo meminta agar agresi yang dilakukan Israel atas Palestina segera dihentikan. “Indonesia mengutuk serangan Israel yang telah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak. Agresi Israel harus dihentikan,” ujar Presiden Jokowi, dalam cuitannya di akun Twitter resminya @jokowi pada Sabtu (15/05) lalu.

Situasi di Palestina merupakan salah satu isu global yang terus menjadi perhatian Presiden Jokowi. Dalam beberapa hari terakhir, Presiden intensif menjalin komunikasi dengan sejumlah pemimpin negara sahabat. “Saya telah berbicara dengan Presiden Turki, Yang Dipertuan Agong Malaysia, PM Malaysia, PM Singapura, Presiden Afghanistan, dan Sultan Brunei Darussalam,” ungkapnya.

Sebelumnya, pada hari ke-3 serangan Israel ke Gaza, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga telah menyampaikan sikap Indonesia atas situasi tersebut. Posisi tegas Indonesia, disebutnya sangat jelas, yakni menolak tindakan Israel mengusir warga Palestina dari Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, yang disertai dengan penyerangan atas warga sipil Palestina di Masjid Al-Aqsha. Semua tindakan itu tak bisa diterima.

“Indonesia mengutuk tindakan Israel tersebut, dan mendesak Dewan Keamanan PBB mengambil langkah nyata atas pelanggaran yang terus dilakukan oleh Israel. Indonesia akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina,” ujar Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, dalam pernyataannya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Lebih lanjut, Menlu Retno Marsudi mengatakan bahwa pemerintah Indonesia terus mencermati setiap perkembangan baru di Palestina.

“Indonesia juga mengusulkan agar Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan GNB (Gerakan Non-Blok) dapat segera melakukan pertemuan khusus untuk membahas masalah ini. Indonesia juga mendesak agar Dewan Keamanan PBB dapat mengambil langkah nyata menghentikan seluruh kekerasan seraya menghadirkan keadilan dan perlindungan bagi Palestina,” Retno menambahkan.

Apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo dan Menlu Retno Marsudi itu rupanya terkait dengan Pertemuan luar biasa secara virtual Komite Eksekutif Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada tingkat menteri luar negeri (menlu) yang dilaksanakan pada Minggu (16/05). Menlu Retno Marsudi hadir. Dari pertemuan itu, Ada 18 butir pernyataan yang dihasilkan.

Butir pertama kesepakatan pandangan itu ialah mengutuk serangan Israel itu seraya menyebutnya sebagai tindakan biadab, dan menuntut agar agresi itu segera dihentikan. Pada butir kedua disebutkan bahwa perbuatan Israel itu tidak hanya berdampak pada gangguan stabilitas lokal, melainkan punya implikasi secara regional dan global.

Pada butir ketiga, negara-negara OKI mengingatkan agar Israel tidak lagi melakukan pelanggaran dengan mengusik kesakralan situs suci, khususnya Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Para menlu dari negara-negara OKI itu menegaskan kembali pentingnya kehadiran lembaga perwalian untuk menjaga dan melestarikan situs suci Islam dan Kristen di Al Quds dengan segala aspek kesejarahannya.

Selanjutnya, negara-negara OKI menegaskan lagi bahwa yang dilakukan Israel adalah kekuatan pendudukan yang tidak memiliki hak apa pun atas tanah Palestina yang didudukinya, termasuk Yerusalem Timur dan Masjid Al Aqsa/Al-Haram Al Shareef. Menurut pernyataan tersebut, semua tindakan yang merusak, statusnya adalah berlawanan dengan hukum dan karenanya tidak sah.

Pembangunan permukiman Israel di atas wilayah Palestina, yang disertai penggusuran, pengusiran paksa, bahkan pemberlakuan segregasi ras, oleh negara-negara OKI dinyatakan sebagai perbuatan yang sangat tidak bisa diterima. Semua tindakan itu disebut sebagai pelanggaran berat atas hukum internasional, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Atas semua tindakan pelanggaran hukum dan tindak kejahatannya itu, para menlu dari negara-negara OKI itu mendesak Dewan Keamanan PBB agar bertindak cepat mengakhiri kebiadaban pendudukan Israel atas rakyat Palestina. Mereka juga mendesak komunitas internasional mengambil tindakan untuk memaksa Israel berlaku adil pada rakyat Palestina. Negara-negara OKI pun siap mengambil peran untuk mendukung penegakan hak-hak dasar rakyat Palestina.

Namun, seruan negara-negara OKI itu seperti tak didengar oleh Israel. Selama dua hari berikutnya, pesawat-pesawat tempur Israel masih terus menderu menyerbu Gaza, dengan dalih melumpuhkan Hamas, dengan milisi Jihad Islamnya, yang bisa mengoperasikan roket-roket canggih buatan sendiri. Mereka menempatkan roket-roket itu dalam bunker-bunker di bawah tanah.

Konflik bersenjata Hamas-Israel ini adalah yang terburuk sejak 2017. Kali ini ketegangan dipicu oleh bentrokan jemaah Masjid Al Aqsa dengan polisi Israel yang meluas dan ditambah pula oleh tindakan pengambilan paksa tanah di Syeikh Jarrah dan Silawan di Jerusalem.

Atas tindakan Israel yang dianggap semena-mena dan tidak adil itu, Hamas sebagai organisasi politik Palestina yang memiliki kekuatan senjata lantas mengultimatum polisi Israel agar meninggalkan kawasan konflik di sekitar Masjid Al Aqsa, Syeikh Jarrah, dan Silawan. Ultimatum itu dianggap angin.

Maka, Hamas pun membuka serangan dengan roket-roket dan mortirnya pada 10 Mei. Israel membalas dengan gempuran rudal darat dan serangan udara. Selama sepekan, Hamas melontarkan lebih dari 3.000 roket, yang sebagian besar dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara iron dome (kubah besi) Israel. Roket-roket pencari panas (heat seeker) Israel meledakkan rudal lawan sebelum menyentuh tanah.

Pertempuran berjalan tidak seimbang. Superioritas militer Israel itu membuat kondisi politik Palestina tak kunjung berubah. Kekerasan terus berulang dan itu yang membuat Presiden Jokowi, sebagaimana pimpinan negara-negara OKI lainnya, berang. Namun, tampaknya perjuangan rakyat Palestina untuk menjadi bangsa merdeka yang berdaulat masihlah akan panjang. (indonesia.go.id)