Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR) kembali mencetak prestasi gemilang di kancah nasional. Kali ini dua mahasiswa FKM meraih Juara I dalam ajang Temu Ilmiah UKM Penalaran dan Penelitian se-Jawa Timur (TIUPPS) XVI yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Malang (Polinema) pekan lalu.
Keduanya yaitu Lela Eliana dan Eucharistia Crisantika, mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas) angkatan 2019. Mereka menggagas Gerakan Masyarakat Bersama Pemuda Manfaatkan Gadget, Gandeng, Gemati Lingkungan Teredukasi Stunting Masa New Normal Menuju Indonesia Emas’45 (GEMPA 3G LTE).
Lela panggilan akrabnya- menyebut timnya mengambil topik tersebut karena berkurangnya mobilitas masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan. Selain itu bermaksut memberdayakan pemuda yang di rumahkan dengan mengkolaborasikan peran kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan karang taruna (Kartar).
GEMPA 3G LTE tidak hanya terfokus pada pelayanan, namun juga lebih menekankan pada pengedukasian gizi ibu hamil agar mencegah stunting.
“Beberapa agenda posyandu yang diaplikasikan, mulai dari pendataan kondisi balita, ibu hamil, pemberian suplai nutrisi serta webinar atau sarasehan rutin,” jelas Lela.
Dalam pemaparannya, ia juga menduga kondisi anak saat pembuahan atau saat masih dalam kandungan menjadi masa kritis perkembagan kognitifnya, sebab sekitar 70-80 % pembentukan otak terjadi pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Lebih lanjut, Lela menjelaskan teknis dari gerakan dan aplikasinya.
“Anggaran dananya didapat dari desa, teknisnya nanti aplikasinya sebagai alat pemantau data layaknya posyandu offline, sementara distribusi logistiknya dilakukan offline melalui gerakan yang memberdayakan kartar itu tadi,” ujar Lela.
Mengakhiri percakapan saat dihubungi tim UNAIR NEWS, Lela menyampaikan harapan atas inovasinya tersebut, yaitu agar para ibu hamil bisa mempersiapkan lebih matang lagi proses kehamilannya serta para ibu balita memiliki wawasan luas terkait gizi dan perkembangan anak.
Lela juga bercerita bahwa ia sering gagal dalam ajang kompetisi, kali pertama meraih juara rasanya luar biasa. Ia juga mengaku berkat dorongan lingkungan suportif yang turut menularkan energi positif untuk menguatkan dia tidak menyerah. Lela pun berpesan kepada mahasiswa lain yang ingin ikut andil dalam lomba karya tulis, untuk tidak mudah menyerah.
“Kegagalan bukan akhir dari segalanya, yakinlah jika ada satu pintu yang tertutup maka pasti banyak ribuan pintu yang masih terbuka,” pungkasnya.(ita)