Penggunaan keramba untuk budidaya ikan yang semakin tinggi di masyarakat, menuntut inovasi agar penggunaannya bisa lebih fleksibel dan tidak mencemari lingkungan sekitar. Inilah yang menginspirasi tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk menginovasikan keramba tradisional dengan teknologi mutakhir.
Tim mahasiswa yang terdiri dari Hanif Srisubaga Alim, Fakhri Ihsan Nalendro, dan Alfiyan Rizki Maulidan dari Departemen Teknik Sistem dan Industri, Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem (FTIRS) ITS ini berhasil menggagas ide cemerlang ini.
Salah satu anggota tim, Fakhri Ihsan Nalendro menjelaskan bahwa keramba yang sekarang banyak digunakan masyarakat dalam budidaya ikan masih memiliki banyak kekurangan. Mulai dari keramba yang tidak fleksibel sehingga mudah rusak, perlunya perawatan yang lebih, juga mencemari perairan sekitar akibat dari sisa makanan ikan. “Apalagi sekarang keramba juga sebagian ada di laut,” ujarnya.
Menurut Fakhri, beberapa teknologi yang akan ditambahkan dalam keramba adalah pengadaan GPS pada tiap keramba, ambient intelligence, remote control, dan juga penggunaan jaring HDPE pada keramba.
Teknologi ini ditambahkan dengan tujuan agar keramba bisa dikendalikan dan dipindahkan dari jarak jauh. “Sehingga keramba bisa berpindah ke lingkungan yang kondisi airnya lebih mendukung,” terang mahasiswa angkatan 2019 ini.
Menurut Fakhri, terlepas dari teknologi yang akan diterapkan pada keramba tersebut, sumber energi juga menjadi sebuah aspek yang tidak kalah penting. Sejauh ini pada karya yang mereka buat, sumber energi yang digunakan agar keramba dapat beroperasi adalah energi surya. “Namun, kami menemukan beberapa alternatif yang lebih murah, hanya saja belum diputuskan akan menggunakan yang mana,” ucap mahasiswa asal Jakarta ini.
Tak tanggung-tanggung, inovasi yang dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah ini telah berhasil menyabet juara 1 pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Kanjuruhan, Malang, Oktober lalu.
Untuk memperjelas rencana yang sudah dituangkan dalam karya tulisnya, tim tersebut juga merancang prototype tiga dimensi yang dibuat dari pipa bekas dan botol plastik. Pada prototype ini sumber energi yang digunakan adalah baterai. Prototype ini pun mereka sertakan dalam presentasi video mereka pada lomba tersebut.
Pemuda kelahiran 2001 itu menambahkan, bahwa jika inovasi ini akan diterapkan nantinya, tentinya masih banyak yang perlu dibenahi. Oleh sebab itu, teknologi masih dalam tahap pengembangan agar nantinya bisa beroperasi secara optimal. “Banyak yang perlu dibenahi, dan ada beberapa fitur yang sekiranya akan kami ganti, terutama bagian sumber energinya,” tandasnya. (ita)