Perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang manufaktur kendaraan, mobil, dan bus ternama, PT Mobil Anak Bangsa (MAB) resmi menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga penelitian, salah satunya Institut Teknologi Sepuluh Nopembe.
Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing mobil listrik baik di Indonesia maupun global.
MoU yang dilakukan di Kudus, Jawa Tengah ini ikut disaksikan oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro dan Founder PT MAB sekaligus Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko.
Moeldoko menjelaskan bahwa Indonesia sudah berkomitmen mewujudkan pengurangan emisi, salah satunya melalui dukungan penggunaan mobil listrik.
Hal ini juga menyangkut komitmen indonesia pada Paris Agreement dalam pengurangan emisi sebanyak 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional hingga 2030.
“Sehingga, hadirnya mobil listrik menjadi upaya pemerintah untuk mewujudkan cita-cita bersama melalui pengurangan penggunaan energi fosil,” ujar Moeldoko.
Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng mengatakan, kerja sama di bidang penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat mengenai mobil listrik ini merupakan kali pertama antara ITS dengan PT MAB. Selain itu, rektor yang kerap disapa Ashari ini menyebutkan bahwa kerja sama ini merupakan hasil dari inisiatif Menristek yang ingin membuat ekosistem mobil listrik.
Sebagai pihak yang telah berpengalaman dalam pengembangan mobil listrik, Ashari mengungkapkan, ITS akan menjadi pihak yang membantu mengembangkan sistem kontrol kendaraan.
“Meskipun ITS sudah lama terjun dalam dunia inovasi mobil listrik, diperlukan inovasi dan usaha yang lebih lagi untuk produksi skala komersil,” ungkap guru besar Teknik Elektro ITS itu.
Mengenai MoU perdana ini, Menristek/Kepala BRIN mengatakan, kolaborasi triple helix ini penting untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang bersifat terbatas dan berpotensi merusak lingkungan.
Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 yang membahas tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk mendukung penurunan emisi gas rumah kaca. “Harapannya, dengan sinergi triple helix yang solid, inovasi Indonesia dapat bersaing secara global,” ujarnya. (ita)